Bisnis.com, JAKARTA – China akan mengakhiri pembatasan kepemilikan bagi investor asing di sektor keuangan pada 2020. Langkah ini diberlakukan setahun lebih awal dari yang dijadwalkan.
Perdana Menteri Li Keqiang menyatakan China juga akan lebih lanjut membuka sektor manufakturnya, termasuk industri otomotif, sementara mengurangi daftar negatif investasinya yang membatasi investasi asing di beberapa daerah.
“Kami akan mencapai tujuan menghapuskan batas kepemilikan dalam sekuritas, futures, asuransi jiwa bagi investor asing pada tahun 2020, setahun lebih awal dari jadwal yang ditetapkan sebelumnya yakni 2021,” tutur Li dalam pernyataannya di Forum Ekonomi Dunia yang digelar di Dalian, Selasa (2/7/2019).
CEO JPMorgan China Mark Leung mengatakan JPMorgan menyambut setiap keputusan pemerintah China yang dimaksudkan untuk meliberalisasi sektor keuangannya lebih lanjut.
“JPMorgan akan terus berinvestasi di China dan memperkuat platform dalam negeri guna memberikan layanan yang lebih baik pada para kliennya,” tambah Leung, seperti dilansir dari Reuters.
Bank-bank asing seperti Morgan Stanley berencana bergabung dengan HSBC Holdings PLC, JPMorgan Chase & Co, Nomura Holdings Inc, dan UBS Group AG dalam memiliki saham pengendali pada usaha patungan sekuritas darat di China berdasarkan peraturan yang diliberalisasi yang diumumkan pada 2017.
Dalam beberapa bulan terakhir, China telah memperkenankan banyak perusahaan keuangan asing untuk mendirikan perusahaan baru di dalam negeri ataupun memperluas eksistensi mereka melalui kepemilikan mayoritas dalam usaha patungan domestik di perusahaan reksa dana, asuransi dan broker.
“China memajukan jadwal [mengakhiri batasan kepemilikan] untuk menunjukkan kepada dunia bahwa China tidak akan berhenti membuka sektor keuangannya,” tambah Li.
Selain itu, pemerintah China disebut juga akan mengurangi pembatasan pada akses pasar bagi investor asing dalam hal layanan telekomunikasi bernilai tambah dan sektor transportasi pada tahun depan.
Sinyal pemerintah China untuk mempercepat langkah tersebut dilancarkan setelah Presiden Xi Jinping dan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump sepakat memulai kembali perundingan perdagangan. Kedua akan bertemu untuk merundingkan kesepakatan dan mengakhiri perang tarif yang selama ini telah membebani pasar global.