Bisnis.com, JAKARTA - Angkatan udara Jepang menduga jatuhnya pesawat jet tempur siluman F-35 milik Jepang di atas wilayah Samudra Pasifik pada April lalu, kemungkinan disebabkan pilotnya mengalami disorientasi spasial (kebingungan menentukan arah saat mengemudikan pesawat).
"Tampaknya sangat mungkin bahwa sang pilot menderita vertigo dan tidak mengetahui kondisinya," kata Angkatan Bela Diri Udara Jepang (JASDF) dalam siaran pers, dikutip dari Reuters, Senin (10/6/2019).
Menurut JASDF, kecelakaan tersebut memang disebabkan karena tindakan manusia, namun tidak bisa dianggap sebagai kesalahan pilot.
"Tidak ada indikasi bahwa ada masalah dengan pesawat," ujar JASDF.
Tetapi angkatan udara belum memulihkan data secara utuh dari perekam data penerbangan untuk memperkuat dugaannya tersebut.
Jet Lockheed Martin Corp menghilang dari layar radar selama latihan dengan tiga F-35 lainnya di atas laut sekitar barat laut Jepang pada 9 April 2019. Pesawat jatuh menghantam air dengan kecepatan lebih dari 1.100 kph (683 mph). Pilot berusia 41 tahun yang mengemudikannya tewas.
Puing-puing pesawat yang berusia kurang dari setahun tersebut ditemukan tersebar di dasar laut sekitar 1.500 meter di bawah tempat pesawat itu jatuh.
Saat kecelakaan terjadi, pilot tidak memberikan indikasi bahwa dia dalam masalah dan tidak mencoba menghindari tabrakan meskipun ada instrumentasi canggih dan sistem peringatan kedekatan darat yang seharusnya mengingatkan dia untuk berhenti.