Bisnis.com, JAKARTA – Iran akan membela diri terhadap agresi militer atau serangan ekonomi negara lain sekaligus meminta negara-negara Eropa untuk berbuat lebih banyak guna mempertahankan kesepakatan nuklir yang telah ditandatangani bersama.
Menteri Luar Negeri Iran Mohammad Javad Zarif saat melakukan konferensi pers bersama Menlu Irak Mohamed Ali Alhakim di Bagdad mengatakan bahwa negaranya ingin membangun hubungan yang seimbang dengan negara tetangga di Teluk. Apalagi, ujarnya, negara-negara Arab tersebut telah mengusulkan penandatanganan pakta non-agresi dengan mereka.
"Kami akan bertahan melawan segala upaya perang terhadap Iran, apakah itu perang ekonomi atau militer, dan kami akan menghadapi upaya ini dengan kekuatan," ujarnya pada Minggu (26/5/2019).
Ketegangan meningkat antara Iran dan Amerika Serikat, yang merupakan pendukung kuat Arab Saudi sebagai saingan regionalnya. Ketegangan itu dipicu oleh serangan bulan ini terhadap kapal tanker minyak Arab Saudi di kawasan Teluk yang disebut Washington dilakukan oleh Iran.
Teheran membantah telah melakukan serangan. Akan tetapi, Amerika Serikat telah mengirim kapal induk dan 1.500 tentara tambahan ke Teluk sehingga memicu kekhawatiran tentang risiko konflik di wilayah yang bergejolak itu.
Menurut Alhakim, Irak bersedia bertindak sebagai perantara antara tetangganya dan Amerika Serikat. Dia menambahkan bahwa Baghdad tidak percaya bahwa "blokade ekonomi" itu membuahkan hasil, merujuk pada sanksi AS.
“Kami mengatakan dengan sangat jelas dan jujur bahwa kami menentang tindakan sepihak yang dilakukan oleh Amerika Serikat. Kami berdiri bersama Republik Islam Iran dalam posisi yang sama, ”kata Hakim. Amerika Serikat dan Iran adalah dua sekutu utama Irak.
Washington mengatakan telah membangun kehadiran militer AS di wilayah tersebut setelah menuduh Teheran mengancam pasukan dan kepentingan AS, sedangkan Teheran menggambarkan gerakan AS sebagai "perang psikologis" dan "permainan politik".