Bisnis.com, JAKARTA — Hubungan Amerika Serikat dan China kian memanas setelah Menlu Mike Pompeo menuduh raksasa telekomunikasi China Huawei Technologies berbohong tentang hubungannya dengan pemerintah.
Sementara itu, Beijing mengatakan Washington harus mengakhiri ‘tindakan salah’ jika ingin pembicaraan perdagangan dilanjutkan.
Saham-saham teknologi AS sangat terpukul seiring penurunan pasar global yang tajam kemarin, Kamis (24/5), akibat konflik antara dua ekonomi terbesar dunia itu. Perang dagang itu berimplikasi pada siapa yang mengendalikan teknologi global.
Dengan alasan keamanan nasional, Washington pekan lalu secara efektif melarang perusahaan AS melakukan bisnis dengan Huawei, penggerak jaringan telekomunikasi terbesar di dunia. Persaingan dagang itu kian memanas setlah kedua tim negosiator gagal mencapai kesepakaan.
Perusahaan teknologi di seluruh dunia ikut terpengruh. Konglomerat Jepang Panasonic Corp mengatakan telah menghentikan pengiriman beberapa komponen Huawei sehari setelah perancang cip Inggris ARM melakukan hal yang sama.
Serangkaian kejadian itu berpotensi melumpuhkan kemampuan perusahaan China untuk membuat cip baru untuk smartphone.
Ditanya apakah dia yakin lebih banyak perusahaan akan berhenti bekerja sama dengan Huawei, Pompeo mengatakan kepada CNBC dalam sebuah wawancara pada hari Kamis: “Kami telah melakukannya. Kami telah memberitahu Departemen Luar Negeri untuk memastikan bahwa semua orang memahami risikonya."
Pompeo mengatakan bahwa kepala eksekutif Huawei Technologies China berbohong tentang kurangnya keterkaitan perusahaannya dengan pemerintah Beijing, yang katanya mewakili risiko keamanan.
“Perusahaan ini sangat terikat tidak hanya dengan China tetapi juga dengan Partai Komunis China. Konektivitas itu membuat informasi Amerika Serikat yang melintasi jaringan-jaringan itu dalam bahaya,” katanya seperti dikutip Reuters, Jumat (24/5/2019).
Jika Anda menaruh informasi di tangan Partai Komunis Tiongkok, itu sebenarnya merupakan risiko nyata bagimu. Mereka mungkin tidak menggunakannya hari ini, mereka mungkin menggunakannya besok, ujarnya.
Huawei berulang kali membantah bahwa perusahaan itu dikendalikan oleh pemerintah Cina, militer atau dinas intelijen.