Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

AS Ingin Persulit Visa untuk Pelajar dari China

Sejumlah anggota Kongres Amerika Serikat rekan Presiden Donald Trump dari Partai Republik memperkenalkan Rancangan Undang-Undang (RUU) yang melarang pihak-pihak penerima sponsor militer China untuk mendapatkan visa pelajar atau penelitian.
Presiden Amerika Serikat Donald Trump (kanan) bersama Presiden China Xi Jinping (kiri) saat kunjungan ke Beijing, China, Kamis (9/11/2017)./Reuters-Damir Sagolj
Presiden Amerika Serikat Donald Trump (kanan) bersama Presiden China Xi Jinping (kiri) saat kunjungan ke Beijing, China, Kamis (9/11/2017)./Reuters-Damir Sagolj

Bisnis.com, JAKARTA - Sejumlah anggota Kongres Amerika Serikat rekan Presiden Donald Trump dari Partai Republik memperkenalkan Rancangan Undang-Undang (RUU) yang melarang pihak-pihak penerima sponsor militer China untuk mendapatkan visa pelajar atau penelitian.

RUU itu disponsori oleh Senator Partai Republik Chuck Grassley, Tom Cotton, Ted Cruz, Marsha Blackburn dan Josh Hawley. RUU pendamping diperkenalkan pula di tingkat DPR oleh Mike Gallagher.

Dalam RUU yang diperkenalan pada Selasa (14/5/2019) tersebut, Pemerintah AS akan diwajibkan untuk membuat daftar lembaga ilmiah dan teknik yang berafiliasi dengan Tentara Pembebasan Rakyat China. Usulan aturan itu juga melarang siapa pun yang dipekerjakan atau disponsori oleh lembaga-lembaga dalam daftar untuk menerima visa.

Diperkenalkannya RUU ini datang bersamaan dengan makin meningkatnya tensi dagang antara AS dan China menyusul negosiasi alot pekan lalu.

Usulan ini juga muncul ketika sejumlah pejabat AS menyatakan keprihatinan terkait isu pencurian kekayaan intelektual atau bahkan spionase yang dilakukan oleh warga China yang melakukan studi di AS dan lembaga lainnya.

Kendati demikian, terdapat pula pejabat AS dan pihak universitas yang menilai bahwa RUU ini terlalu berlebihan. Mereka mengingatkan bahwa AS perlu mengakui kontribusi dan peran penting para ilmuwan dan pelajar China di lembaga-lembaga AS sekaligus waspada pada risiko keamanan.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Nancy Junita
Sumber : Reuters
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper