Bisnis.com, JAKARTA - Hanan Ashrawi, politikus senior Palestina sekaligus salah satu tangan kanan Presiden Mahmoud Abbas mengungkapkan bahwa Amerika Serikat telah menolak permohonan izinnya untuk masuk ke negara tersebut pada Senin (13/5/2019).
"Resmi! Pengajuan visa AS saya sudah ditolak. Tidak ada penjelasan [soal penolakan]," tulis Ashrawi melalui akun Twitter pribadinya @DrHananAshrawi.
1/It is official! My US visa application has been rejected. No reason given. Choose any of the following: I’m over 70 & a grandmother; I’ve been an activist for Palestine since the late 1960’s; I’ve always been an ardent supporter of nonviolent resistance;
— Hanan Ashrawi (@DrHananAshrawi) May 13, 2019
Seperti dikutip Reuters, Selasa (14/5/2019), Ashrawi mengaku bahwa ini merupakan kali pertama pengajuan visanya ditolak. Ia menilai penolakan tersebut adalah aksi balasan AS setelah ia mengemukakan kritik pada kebijakan pemerintah Donald Trump soal Palestina.
"Coba pilih alasannya: Saya telah berusia lebih dari 70 tahun dan merupakan seorang nenek. Saya telah menjadi aktivis sejak akhir 1960-an. Saya selalu menjadi kuat perjuangan tanpa kekerasa. Saya selalu mendukung nilai HAM dan menentang korupsi," ujar Ashrawi mempertanyakan keputusan penolakan itu.
"Saya telah bertemu (dan juga bernegosiasi) dengan setiap Menteri Luar Negeri sejak Shultz dan setiap presiden sejak George H.W. Bush (pemerintahan saat ini tidak termasuk," sambungnya.
Kepada Reuters, Ashrawi mengungkapkan bahwa ia mengajukan visa jenis B-1/B-2 yang digunakan untuk kepentingan bisnis atau wisatawan. Ia menjelaskan penolakan itu adalah pengalaman pertamanya karena selama bertahun-tahun ia kerap keluar masuk AS untuk berbagai urusan.
"Sebagian besar hidup saya, saya telah berkali-kali mengunjungi AS, bertemu orang, menjadi pembicara. Penolakan ini adalah hal baru. Mereka [administrasi Trump] mencoba menghukum kami," ujarnya.
Masuk dalam jajaran politikus senior Palestina, Ashrawi merupakan anggota komite eksekutif dan Organisasi Pembebasan Palestina (PLO). Ia dikenal sebagai aktivis yang vokal dalam memperjuangkan kemerdekaan Palestina dan pernah menerima penghargaan Legion of Honor dari Prancis atas kinerjanya.
Seorang juru bicara Kementerian Luar Negeri AS tidak akan mengonfirmasi atau menyangkal kabar penolakan visa Ashrawi. Mereka berdalih bahwa "catatan pengajuan visa merupakan rahasia di bawah hukum AS yang tidak bisa didiskusikan kepada pihak ketiga".
"Secara hukum, AS tidak menolak pengajuan visa hanya berdasarkan pada pernyataan atau pandangan politik yang sah menurut hukum di Amerika Serikat," kata mereka dalam sebuah pernyataan.
"Visa dapat ditolak hanya dengan alasan yang diatur dalam hukum AS."
Pada Februari lalu, utusan AS untuk Timur Tengah Jason Greenblatt mengungkapkan bahwa Ashrawi selalu diterima di Washington DC, terlepas dari fakta bahwa keduanya kerap berdebat secara terbuka di Twitter.
Penolakan visa Ashrawi datang ketika hubungan antara AS dan Palestina memburuk usai Trump memutuskan untuk mengakui Yerusalem sebagai ibu kota Israel dan memindahkan kedutaan besar ke kota yang masih sengketa tersebut.
Pada Maret lalu, pemerintah AS bahkan menutup Konsulat Jenderal AS di Yerusalem yang dulunya berfungsi sebagai misi AS ke Palestina sejak 1990-an.