Bisnis.com, BEIJING - Presiden Cina Xi Jinping berbicara melalui telepon dengan Raja Salman dari Arab Saudi pada hari Rabu (8/5/2019). Pembicaraan itu terkait ketegangan antara Riyadh dan Teheran belakangan ini.
Dikutip dari Reuters, ketegangan itu muncul setelah Teheran mengumumkan pihaknya mengurangi beberapa komitmen berdasarkan perjanjian nuklirnya 2015 yang didorong kekuatan dunia.
Di sisi lain, China harus menjaga harmonisasi karena memiliki hubungan energi dan bisnis yang erat dengan kedua negara. Terlebih lagi, di kawasan Arab, pengaruh China dinilai minim dibandingkan Amerika Serikat, Rusia, Prancis atau Inggris.
Kementerian Luar Negeri China tidak secara langsung menyebut Iran dalam pernyataannya mengenai pembicaraan antara Xi dan Salman. China mmenginginkan mempererat hubungan bilateral.
Xi mengunjungi Arab Saudi dan Iran pada perjalanan yang sama pada tahun 2016, dan Salman melakukan kunjungan kembali ke Tiongkok pada tahun 2017. Pangeran Mahkota Saudi Mohammed bin Salman bertemu Xi di Beijing pada bulan Februari tahun ini.
Xi mengatakan kepada Salman bahwa China memiliki peluang besar untuk mengembangkan kemitraan strategis dengan Saudi, terutama dalam kerja sama energi, kata Kementerian Luar Negeri.
Baca Juga
"Tiongkok menghargai tujuan dan sikap adil Arab Saudi terhadap kepentingan inti dan perhatian utama Tiongkok, dan dengan kuat mendukung upaya Arab Saudi untuk menjaga kedaulatan nasional, keamanan dan stabilitas, dan mendukung Arab Saudi untuk mempromosikan transformasi ekonomi dan mencapai pembangunan yang lebih besar,” tegas Xi.
Komunikasi antara Xi dan Raja Salman berlangsung pada hari yang sama Iran mengumumkan langkah-langkah berhenti menjalankan perjanjian nuklirnya. Hal ini mendapat respon negatif dari Saudi terhadap tindakan Iran.
Perjanjian 2015 ditandatangani antara Iran, Rusia, China, Inggris, Prancis, Jerman dan Amerika Serikat, sebelum Presiden Donald Trump berkuasa. Iran setuju untuk membatasi program nuklirnya dengan imbalan pencabutan sanksi.