Bisnis.com, JAKARTA – Tesla Inc. digugat atas kecelakaan fatal di jalan raya California yang diduga disebabkan tidak berfungsinya sistem autopilot Model X 2017 dan mengarahkan mobil ke penghalang beton.
Kasus ini diajukan hanya dua hari setelah gugatan pengemudi di California lainnya yang menuduh cacat pada pengemudian dan pengereman otomatis Model S karena nyaris membunuhnya ketika mobilnya menabrak pembatas jalan.
Sementara itu, Chief Executive Officer Tesla Inc, Elon Musk terus membicarakan teknologi pengemudian otonom Tesla dan layanan taksi otomatis di masa depan.
Keluarga korban yang meninggal mengatakan dalam keluhan bahwa mobil listrik tersebut tidak memiliki fitur keselamatan, seperti sistem pengereman darurat otomatis yang berfungsi dengan baik. Fitur-fitur tersebut tersedia pada kendaraan yang jauh lebih murah dari produsen mobil lain, serta pada Model X yang lebih baru.
Keluarga korban juga menuduh bahwa Tesla seharusnya tahu "Model X kemungkinan akan menyebabkan cedera pada pengendara dan penumpangnya dengan meninggalkan jalur dan menabrak benda-benda tak bergerak ketika digunakan dalam cara yang cukup dapat diperkirakan."
“Tesla seharusnya mengeluarkan penarikan atau memberikan peringatan mengingat risiko kerugian,” menurut dokumen pengaduan yang diajukan 26 April di pengadilan negara bagian California di San Jose.
Pengacara keluarga korban, B. Mark Fong mengatkan kliennya, Walter Huang (38 tahun), meninggal dunia karena Tesla menggunakan perangkat lunak Autopilot yang belum sempurna.
"Keluarga Huang ingin membantu mencegah tragedi ini terjadi pada pengemudi lain yang menggunakan kendaraan Tesla atau kendaraan semi-otonom lainnya," ungkapnya, seperti dikutip Bloomberg.
Huang mengalami kecelakaan pada pagi hari tanggal 23 Maret 2018, saat berkendara di Highway 101 AS di Mountain View, California. Huang, yang bekerja di Apple, baru saja menurunkan anak-anaknya di sekolah dan pergi bekerja dengan rute yang ia kendarai setiap hari.
Pengacara Huang mengatakan bahwa mobil membawanya keluar dari jalur normal, mengarahkannya ke penghalang beton, lalu berakselerasi.
"Fakta bahwa Autopilot tidak berfungsi adalah penyebab kematiannya," kata Fong pada konferensi pers di San Francisco, Rabu. Huang meninggalkan seorang istri, dua anak dan orang tuanya.
Tesla menolak mengomentari gugatan itu. Dalam posting blog perusahaan tahun lalu setelah kecelakaan, Tesla mengatakan pengemudi memiliki sekitar lima detik dan 150 meter sebelum menabrak penghalang jalan raya tetapi tidak mengambil tindakan untuk menghindari tabrakan, mengutip rekam jejak perjalanan kendaraan.
"Sistem autopilot Tesla tidak mencegah semua kecelakaan, standar seperti itu tidak mungkin, tetapi autopilot membuat kemungkinan kecelakaan menjadi jauh lebih kecil terjadi," kata perusahaan itu dalam posting tersebut.
Tesla milik Huang sedang melakukan perjalanan di belakang kendaraan lain sekitar 65 104 kilometer (km) per jam, delapan detik sebelum kecelakaan, ungkap Dewan Keselamatan Transportasi Nasional (NTSB) dalam sebuah laporan investigasi awal Juni 2018 mengenai kecelakaan itu.
Sedetik kemudian, mobil mulai mengarah ke kiri sambil tetap mengikuti kendaraan yang sama. Empat detik sebelum kecelakaan, mobil tidak lagi mengikuti kendaraan. Mobil kemudian berakselerasi hingga sekitar 71 km per jam di tiga detik terakhir sebelum tabrakan.
Sistem cruise control Autopilot, yang dirancang agar sesuai dengan kecepatan kendaraan yang lebih lambat di depannya, ditetapkan pada 120 km per jam.
Tidak ada pengereman sebelum tabrakan atau gerakan menghindar yang terdeteksi, menurut ringkasan data kendaraan. Baterai Tesla bocor dalam kecelakaan dan kendaraan terbakar, ungkap NTSB.
Dalam konferensi pers hari Rabu, Fong mengatakan bahwa timnya memiliki akses ke kendaraan setelah kecelakaan tetapi data di dalam mobil adalah hak milik dan Tesla belum membagikannya.
"Sejumlah besar data adalah milik Tesla secara eksklusif," kata Fong.