Bisnis.com, JAKARTA - Beberapa waktu lalu, ramai diperbincangkan di media sosial mengenai perilaku masyarakat pengguna Mass Rapid Transit (MRT) Jakarta saat masa uji coba.
Mulai dari sampah yang berserakan di lantai stasiun, bergelantungan di besi pegangan kereta, hingga "berpiknik" di aera stasiun.
Head of Corporate Secretary PT MRT Jakarta Muhamad Kamal Kamaluddin mengatakan, sejak insiden viralnya gambar perilaku pengguna MRT di media sosial, sudah ada peningkatan dalam hal kedisiplinan pengguna.
Pihaknya juga sudah menyiapkan sejumlah langkah edukasi dan kampanye untuk menggalakkan tatakrama dan aturan yang harus ditaati saat menggunakan MRT.
"Jadi dari mulai peresmian sampai sekarang sudah ada perbaikan, kami melihat sudah ada kedisiplinan dari pengguna," kata Kamal kepada Bisnis.
Program edukasi dan publikasi yang sudah disiapkan antara lain berupa komik dan talkshow. Dia juga menyatakan, petugas di lapangan sudah siap sedia menegur pengguna yang melanggra aturan.
Baca Juga
Sementara itu terkait dengan sanksi, Kamal mengatakan yang baru diatur adalah tindakan-tindakan yang membahayakan keselamatan pengguna lain.
"Seperti menekan tombol darurat [saat tidak sedang kondisi darurat] itu ada sanksinya, tapi yang membuang sampah sembarangan atau bergelantungan, itu kami peringatkan langsung di lapangan," katanya.
Pengamat transportasi dari Institute for Transportation and Development Policy (ITDP) Indonesia Yoga Adi Winarto mengatakan, perilaku pengguna MRT yang sebelumnya sempat viral di media sosial sebenarnya bukan persoalan baru.
Pemandangan serupa juga bisa ditemui di stasiun KRL dan kereta commuter line Jabodetabek saat akhir pekan, antara lain pengguna makan dan minum di dalam kereta.
"Ini harus jadi refleksi juga, misalnya pengguna yang duduk ngemper, itu ada tidak tanda [larangan] disana, atau itu jangan-jangan salah satu tanda bahwa tempat duduk diperlukan disana," kata Yoga saat berbincang dengan Bisnis.
Yoga melanjutkan, fenomena tersebut sebenarnya tidak perlu disikapi degan berlebihan. Sebagaimana juga terjadi pada penumpang KRL Commuter Line, selama ada penumpang baru, perilaku-perilaku menyimpang tatakrama itu pasti ada.
Kuncinya ada pada petunjuk aturan yang jelas, baik di stasiun MRT maupun di dalam kereta.
Dia melanjutkan, karakteristik MRT dan KRL itu adalah angkutan umum untuk komuter. Masyarakat yang rutin menggunakan angkutan umum tersebut sudah pasti sadar tentang aturan, etika dan tata krama saat menggunakannya.
"Menurut saya ini bukan sebuah kekhawatiran bahwa masyarakat Indonesia belum siap, tetapi harus ada informasi yang jelas, menunggu dimana, antre dimana, pintu keluar dimana dan sebagainya," ujarnya.