Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

#BrexitDay : Ketidakpastian Merugikan Berbagai Pihak

Hari ini seharusnya menjadi hari terakhir bagi Inggris sebagai anggota Uni Eropa setelah bergabung selama 46 tahun.
Warga Inggris pendukung Uni Eropa (UE) berkumpul dalam unjuk rasa di pusat London, Inggris, meminta Pemerintah Inggris untuk membiarkan masyarakat mengambil keputusan akhir terkait Brexit, Sabtu (23/3/2019)./Reuters-Kevin Coombs
Warga Inggris pendukung Uni Eropa (UE) berkumpul dalam unjuk rasa di pusat London, Inggris, meminta Pemerintah Inggris untuk membiarkan masyarakat mengambil keputusan akhir terkait Brexit, Sabtu (23/3/2019)./Reuters-Kevin Coombs

Bisnis.com, JAKARTA - Hari ini seharusnya menjadi hari terakhir bagi Inggris sebagai anggota Uni Eropa setelah bergabung selama 46 tahun.

Sebaliknya, akibat serangkaian langkah politik yang keliru, kebingungan dan keraguan, nasib Inggris yang sejatinya berubah pada 29 Maret harus tertunda.

Tanggal ini sudah ditetapkan sejak lama oleh Perdana Menteri Inggris Theresa May disusul Artikel 50 dari Perjanjian Lisbon, terkait klausul mengundurkan diri dari Uni Eropa, yang sudah disusun sejak dua tahun lalu.

Seiring dengan drama dan ketidakpastian yang terus berlanjut, penundaan Brexit, yang seharusnya berlangsung pada Jumat (29/3/2019). semakin merugikan, khususnya bagi para pelaku bisnis.

Penangguhan Brexit yang diajukan oleh Perdana Menteri Theresa May setidaknya sampai dengan 12 April, diumumkan terlambat bagi para perusahaan yang sudah menghabiskan waktu dan modal selama berbulan-bulan dengan asumsi bahwa Brexit akan berjalan tepat waktu.

Jika parlemen memaksa pemerintah untuk mengajukan perpanjangan waktu lebih lama, atau melampaui tanggal baru yang ditetapkan PM May, maka beberapa persiapan yang sudah dilakukan akan menjadi sia-sia.

Perusaahaan besar seperti HSBC Holdings Plc dan GlaxoSmithKline Plc menghabiskan puluhan juta poundsterling untuk mengantisipasi Brexit.

Bukan hanya perusahaan besar, pelaku usaha kecil seperti Plastribution Ltd., distributor grosir plastik di dekat Leicester, Inggris, telah menimbun stok bahkan sebelum 29 Maret dan sekarang mereka harus menghabiskan tambahan uang ribuan pound untuk menyewa gudang karena belum ada kepastian tanggal Brexit.

"Tidak ada tenggat waktu yang jelas sangat membuat kami frustasi. Perusahaan-perusahaan logistik memungut premi untuk penyewaan tempat penyimpanan," kata Mike Boswell, direktur pelaksana Plastribution Ltd., seperti dikutip melalui Bloomberg, Jumat (29/3/2019).

Brian Connell, konsultan supply chain di KPMG mengatakan, dampak penundaan Brexit juga terbukti lebih buruk bagi bisnis yang menimbun barang dengan masa simpan terbatas, sekarang mereka harus mengisi kembali persediaan tersebut.

Belum lagi bagi perusahaan yang telah terlanjur menandatangani kontrak untuk menambah staf bea cukai mulai tanggal 29 Maret. Menurut Ross Denton, seorang pengacara perdagangan di Baker McKenzie LLP, perusahaan ini tetap harus membayar layanan meskipun Brexit belum terjadi.

"Para staf itu akan menjadi tidak produktif. Tapi mereka bisa saja bekerja untuk mempersiapkan sistem bea cukai baru dan melatih staf lain," kata Denton.

Sementara itu, perusahaan-perusahaan seperti London Stock Exchange Group Plc dan rival asal Amerika Serikat, Cboe Global Markets Inc., telah menginvestasikan jutaan euro untuk membuat versi duplikat dari tempat perdagangan mereka di Amsterdam, kedua perusahaan tidak akan melakukan perdagangan saham mereka pada hari Jumat.

Hingga LSE terpaksa untuk memperdagangkan ekuitas Eropa dari Belanda, kantornya di Inggris, sebuah bangunan berornamen yang pernah dimiliki oleh Perusahaan India Timur Belanda, akan berfungsi sebagai lokasi mewah untuk bertemu dan menyapa klien.

Di sisi lain, produsen mobil Jaguar Land Rover Automotive Plc, Honda Motor Co. dan BMW AG dijadwalkan akan menghentikan produksi di pabrik mereka di Inggris, mulai April, sebagai bentuk antisipasi potensi gangguan akibat Brexit.

Pemerintah juga mengalami kerugian akibat penundaan ini.

Pengiriman tambahan untuk komoditas penting seperti  obat-obatan, organ manusia dan bahan kimia ke Inggris telah dimulai, setelah melalui perencanaan pada bulan-bulan sebelumnya untuk menghindari potensi gangguan dari no-deal Brexit.

Yang pasti, Inggris tidak punya banyak pilihan selain bersiap-siap untuk konsekuensi apapun dari pelaksanaan Brexit.

Kebuntuan politik selama berbulan-bulan telah meningkatkan risiko gangguan dari Uni Eropa, dan prospek no-deal Brexit pada 12 April masih menjadi bagian dari semua opsi alternatif yang tersedia.

Anggota parlemen dijadwalkan untuk melakuakan voting lanjutan pada kesepakatan Brexit yang diajukan PM May pada Jumat (29/3), waktu London, tanpa membahas bagian terkait hubungan perdagangan dan keamanan di masa depan.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Nirmala Aninda
Editor : Akhirul Anwar

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper