Bisnis.com, JAKARTA - Anggota Dewan Pengarah Badan Pemenangan Nasional Prabowo Subianto-Sandiaga Uno, Fadli Zon menyinggung soal ketidaktepatan prediksi lembaga survei dengan hasil akhir sejumlah pemilihan kepala daerah.
Hal ini disampaikan Fadli saat ditanya ihwal hasil survei elektabilitas pasangan calon presiden-wakil presiden yang dirilis Center for Strategic and International Studies (CSIS).
"Banyak lembaga survei tidak tepat dalam melakukan potret, [misalnya di] pilkada Jakarta, pilkada Jabar dan Jateng," kata Fadli di Hotel Sultan, Jakarta, Kamis (28/3/2019).
Fadli lantas malah menyinggung soal independensi lembaga survei. Dia menuding lembaga survei yang prediksinya meleset itu menunjukkan bahwa mereka tak independen.
Fadli juga menyebut bahwa sejumlah lembaga sigi merangkap menjadi konsultan partai politik atau pasangan calon. "Harusnya survei dicatat sebagai bagian dari timses, bukan seolah-olah independen," kata Wakil Ketua Umum Partai Gerindra ini.
CSIS sebelumnya merilis elektabilitas Jokowi-Ma'ruf Amin sebesar 51,4 persen, sedangkan Prabowo-Sandiaga 33,3 persen. Sisanya sebanyak 14,1 persen tidak menjawab atau menyatakan rahasia dan ada 1,2 persen belum menentukan pilihan.
Survei ini dilakukan pada 15-22 November 2019 dengan 1.960 responden di 34 provinsi. Center for Strategic and International Studies (CSIS) yang rilis hari ini. Sampel awal survei ini sebesar 2.000 sampel.
Setelah dilakukan validasi, verifikasi dan kendali mutu, data yang valid dianalisis sebesar 1.960 sample. CSIS mengklaim margin of error surveinya 2,21 persen pada tingkat kepercayaan 95 persen. Proses wawancara dilakukan secara tatap muka menggunakan kuesioner oleh pewawancara.
Fadli Zon mengatakan kubunya berpegang pada hasil survei internal. Dia pun mengklaim, elektabilitas Prabowo-Sandiaga sudah mengungguli Jokowi - Ma'ruf. "Kami sudah leading, sudah beberapa persen di atas. Tentu faktor kampanye terbuka penting," kata dia.