Bisnis.com, VATIKAN CITY – Pejabat tinggi di Vatikan mengatakan Pemerintah China tidak seharusnya cemas "mencurigai dan memusuhi" gereja Katolik Roma, dalam tulisan yang memikirkan apakah Presiden Xi Jinping akan bertemu dengan Paus Fransiskus pekan ini.
Sumber-sumber dari pejabat tinggi Vatikan mengatakan Paus Fransiskus akan bertemu dengan Xi dan perantara telah membuat kunjungan pendahuluan ke Vatikan, namun pihak China belum mengajukan permohonan secara resmi untuk suatu pertemuan.
Suatu pertemuan akan menjadi yang pertama antara pemimpin China dengan seorang paus.
Lawatan Xi, mulai Kamis (14/3/2019), adalah yang pertama ke Italia menyusul kesepakatan bersejarah pada September antara Vatikan dan Pemerintah China mengenai penunjukan seorang uskup di China.
Beijing memutus hubungan diplomatik dengan Vatikan pada 1951 dan masih tetap mengkhawatirkan bahwa gereja yang independen di China akan mengancam otoritas negara tersebut.
"Takhta Suci, tidak curiga atau memusuhi suatu negara," kata Sekretaris Negara Vatikan, Kardinal Pietro Parolin dalam tulisan pendahuluan pada suatu buku baru atas China yang akan diterbitkan pada Selasa. Salinan awal komentar Parolin di buku bertajuk "Gereja di China, masa depan yang kini harus ditulis" berhasil didapat oleh Reuters.
Parolin, orang kedua setelah paus dalam peringkat Vatikan, mengatakan karya gereja Katolik di China "tidak dapat dipisahkan dari menjaga rasa hormat, menghargai dan mempercayai rakyat China dan otoritas sah negara."
Tampaknya langkah ini merupakan upaya lain dari Vatikan untuk menenangkan kecemasan Beijing.
Parolin menulis bahwa "simpul yang tidak dapat dilepaskan" sebelumnya dalam hubungan antara China dan Vatikan kini dapat diurai melalui pendekatan baru yang menyatukan, melibatkan gabungan antara "teologi, hukum, karya pastoral dan bahkan diplomasi."
Sudah menjadi kebiasaan bagi para kepala negara dan pemerintahan yang berkunjung ke Italia untuk juga bertemu dengan paus. Suatu sumber di Vatikan mengatakan, kemungkinan ada untuk menyisipkan dalam jadwal Xi "pada detik-detik terakhir". Juru bicara Vatikan mengatakan tidak ada jadwal pada paus.
Pada kesepakatan September, yang dibuat lebih dari 10 tahun, memberikan Vatikan untuk menunjuk uskup-uskup di China, yang sudah lama dinantikan. Kecaman khususnya dari Katolik konservatif menjulukinya sebagai "terjual habis" ke pemerintah komunis.
China memiliki sekitar 12 juta umat Katolik yang terbagi dalam gereja bawah tanah yang bersumpah setia ke Vatikan dengan Asosiasi Katolik Patriotik yang berada dalam pengawasan pemerintah. Sekarang kedua kelompok tersebut mengakui paus.
Banyak yang berkeyakinan bahwa kesepakatan September merupakan pertanda pemulihan hubungan diplomatik dengan Beijing.
Itu berarti akan merenggangkan hubungan dengan Taiwan, yang oleh Beijing dianggap sebagai provinsi pembangkang. Vatikan merupakan sekutu Eropa terakhir yang masih menjalin hubungan dengan pulau yang memiliki pemerintahan mandiri tersebut.