Bisnis.com, JAKARTA - Mounsef al-Mkhayar, 22 tahun, warga negara Italia berdarah Maroko, mengutarakan keinginannya pulang ke Italia dan memulai hidup baru setelah menyesal menjadi militan Islamic State atau ISIS.
Keinginan itu disampaikan Mkhayar dalam wawancara pertamanya kepada media. Mkhayar pada Sabtu, 9 Maret 2019, mengatakan kepada Reuters sangat ingin pulang ke rumahnya di Italia setelah kecewa dengan aturan yang diberlakukan ISIS. Dia pun meyakinkan telah meninggalkan sikap militannya saat bergabung dengan ISIS.
"Saya berharap bisa pulang ke Italia bertemu lagi dengan keluarga dan teman-teman saya. Saya ingin mereka menerima dan membantu saya menjalani hidup yang baru. Saya hanya ingin keluar dari kehidupan di sini. Saya lelah," kata Mkhayar, yang sekarang berjalan dengan tongkat setelah kakinya terluka oleh tembakan peluru.
Mkhayar sekarang ini berada di sebuah penjara di Suriah setelah dua bulan lalu menyerahkan diri kepada Pasukan Demokratik Suriah atau SDF yang didukung oleh Amerika Serikat. SDF telah merangsek ke Baghouz, sebuah desa kecil di wilayah timur Suriah yang diduga kuat basis pertahanan ISIS terakhir.
Dalam wawancara, Mkhayar mengatakan kekacauan terus meningkat sehingga membuat militan-militan ISIS diambang kekalahan. Kondisi ini diperburuk dengan perselisihan di tingkat petinggi ISIS, dimana sejumlah komandan ISIS akhirnya memilih melarikan diri.
Mkhayar adalah satu dari ribuan orang yang tertarik pada janji manis kelompok radikal ISIS. Pasukan keamanan Kurdi mengidentifikasi Mkhayar sebagai warga Italia dan hal ini diakui Mkhayar bahwa dia masih memegang status warga negara Italia.
Mkhayar bergabung dengan ISIS saat dia berusia 18 tahun. Media di Italia mewartakan pada 2017 Mkhayar divonis hukuman 8 tahun penjara karena menyebarkan propaganda ISIS dan mencoba merekrut warga negara Italia bergabung dengan ISIS. Sekarang ini, Mkhayar sedang mengupayakan agar dia bisa menjalani hukumannya di Italia.
SDF saat ini menghadapi dilema dengan militan yang terbang ke Suriah bersama istri dan anak-anak mereka untuk bergabung dengan ISIS. Data SDF memperlihatkan sekitar 800 militan warga negara asing telah dijebloskan ke penjara dan 2.000 istri militan ISIS dan anak-anak mereka ditampung di kamp-kamp penampungan. Jumlah ini sekarang terus bertambah.