Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

FOKUS PASAR GLOBAL: Perang Dagang, Brexit, Hingga Rencana Pertemuan Trump dan Jong-un

Amerika Serikat akan menunda peningkatan tarif impor produk China di tengah upaya penyusunan perjanjian perdagangan. Optimisme tersebut pun berdampak pada pasar saham Asia yang diperkirakan menguat hari ini.
Presiden AS Donald Trump dan Pemimpin Korea Utara Kim Jong-un di Hotel Capella, Pulau Sentosa, Singapura, 12 Juni 2018./Reuters
Presiden AS Donald Trump dan Pemimpin Korea Utara Kim Jong-un di Hotel Capella, Pulau Sentosa, Singapura, 12 Juni 2018./Reuters

Bisnis.com, JAKARTA -- Amerika Serikat akan menunda peningkatan tarif impor produk China di tengah upaya penyusunan perjanjian perdagangan. Optimisme tersebut pun berdampak pada pasar saham Asia yang diperkirakan menguat hari ini.

Di sisi lain, manuver Brexit berlanjut menjelang tenggat waktu yang semakin dekat juga turut menjadi fokus pelaku pasar secara global. Berikut perincian sentimen yang bisa memengaruhi pergerakan pasar global seperti dikutip dari Bloomberg, Senin (25/2/2019):

1. Tenggat Waktu Tarif Impor China diperpanjang

Presiden Donald Trump memutusukan untuk memperpanjang tenggat waktu kenaikan tarif impor barang dari China sampai dia dapat bertemu dengan Presiden China Xi Jinping. Kedua belah pihak telah membuat kemajuan substansial dalam putaran terakhir perundingan perdagangan yang berakhir Minggu (24/2) di Washington. Jika terdapat kemajuan lebih lanjut, Trump mengatakan dia dan Xi berencana untuk bertemu di Mar-a-Lago, Florida, untuk menyelesaikan susunan perjanjian, meskipun dia tidak menentukan waktu yang spesifik.

AS dan China saat ini mengalami sedikit hambatan pada komitmen China dalam pemenuhan janji kerja sama agar dengan tidak secara sengaja melemahkan yuan yang merupakan bagian dari kesepakatan perdagangan. Namun, Menteri Steven Mnuchin mengatakan kedua belah pihak telah menyetujui ketentuan mata uang, pada saat yang sama Wakil Perdana Menteri China Liu He menyuarakan optimisme bahwa kesepakatan akan tercapai.

2. Inggris Tingkatkan Taruhan Brexit

Perdana Menteri Inggris Theresa May sekali lagi menunda voting akhir terkait rencana Brexit yang membuat pertarungan internal antar anggota kabinetnya sendiri untuk mencegah no-deal Brexit menjadi lebih intens. PM May menetapkan tenggat waktu voting menjadi 12 Maret - 17 Maret, atau hanya beberapa hari sebelum Brexit, agar parlemen dapat memberikan suara pada isi perjanjian yang masih dia coba untuk dinegosiasi ulang. Langkah ini cukup berisiko dan memberikan kesempatan bagi mereka yang ingin menyingkirkan opsi no-deal Brexit. Pada Minggu (24/2), pejabat Uni Eropa dikabarkan tengah mengerjakan rencana baru yang dapat membantu mencapai kesepakatan pada menit terakhir.

3. Pembukaan Pasar

Ekuitas obligasi berjangka (futures) Asia tercatat lebih tinggi pagi ini, menyusul reli pada Jumat (22/2) di pasar Amerika Serikat. Saham turut menguat untuk pekan keempat berturut-turut dengan tanda positif yang muncul dari perundingan perdagangan. Tresuri meningkat sementara dolar AS melemah. Minyak membukukan kenaikan mingguan kedua berturut-turut. Pagi ini, yuan tercatat menguat dan akan tetap menjadi fokus pasar. Di sisi lain, pound Inggris tercatat menguat. Di samping perang dagang dan Brexit yang menarik perhatian pasar pekan ini, Presiden AS Donald Trump dan Pemimpin Korea Utara Kim Jongun akan bertemu di Vietnam. Sementara itu Gubernur The Fed Jerome Powell dikabarkan akan memberikan sinyal tentang kebijakan bank sentral selanjutnya dalam kesaksian kongres. Perhatian pasar juga akan beralih ke Michael Cohen, mantan pengacara Trump yang dihukum tiga tahun penjara, yang akan memberikan kesaksian kongres selama dua hari.

4. China kembali terlilit Utang

Leverage China meningkat dari pinjaman bank, penerbitan  trust-product issuance, hingga penjualan margin di pialang saham. Sementara efek musiman menjadi sebab kenaikan, para analis mengatakan tren kenaikan utang akan tetap berlanjut jika otoritas mengalihkan fokus mereka dari menahan kenaikan utang negara yang telah mencapai US$34 triliun. Penumpukan utang menjadi alasan ekonomi China melemah sejak 2009. Pertanyaannya sekarang adalah apakah upaya China untuk menciptakan campuran pembiayaan yang lebih sehat akan terbukti berhasil. Perdana Menteri Li Keqiang menggarisbawahi tantangan pengendalian utang pekan lalu, muncul risiko kenaikan tajam utang jangka pendek setelah pertumbuhan kredit China melonjak ke rekor pada Januari.

5. Pertemuan Kedua Trump dan Kim

Presiden AS Donald Trump menekankan potensi kemajuan pada denuklirisasi Korea Utara ketika dia bersiap untuk berangkat ke Vietnam untuk pertemuan kedua dengan Pemimpin Korea Utara Kim Jong-un. Bahkan, Menteri Luar Negeri Mike Pompeo mengatakan pembicaraan akan memakan waktu dan pertemuan puncak ketiga mungkin akan diagendakan. Melalui akun twitternya, Trump memuji dukungan dari Rusia dan China serta mengutip potensi pengembangan ekonomi yang bergerak cepat di Korea Utara jika merek meninggalkan program nuklirnya. Trump juga memuji sanksi yang ditempatkan di perbatasan oleh China dan Rusia.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Nirmala Aninda
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper