Bisnis.com, JAKARTA -- Tujuh anggota parlemen dari Partai Buruh mengajukan pengunduran diri pada Senin (18/2) waktu London karena kecewa dengan sikap Jeremy Corbyn yang menurut mereka semakin tidak mencerminkan prinsip demokrasi.
Ketujuh anggota yang 'menganut' paham politik sentris ini menantang Corbyn dengan mengajak lebih banyak anggota parlemen untuk bergabung dengan kelompok yang semakin ragu dengan kualifikasi pemimpin partai.
Ketujuh anggota ini adalah Leslie, Luciana Berger, Angela Smith, Gavin Shuker, Chuka Umunna, Mike Gapes dan Ann Coffey.
Meski mundur dari Partai Buruh, mereka akan tetap menjadi anggota parlemen tanpa partai atau independen.
Chris Leslie, salah satu anggota yang mengundurkan diri mengatakan bahwa nilai-nilai Partai Buruh yang mereka percaya dan perjuangkan sudah tidak lagi sejalan dengan Partai Buruh saat ini.
"Partai Buruh sudah dibajak dengan mesin politik dari sayap kiri. Bukti penghianatan mereka terkait Brexit terlihat jelas dimana mereka justru menawarkan jalan agar Brexit terlaksana," kata Leslie dalam konferensi pers, seperti dikutip Reuters, Selasa (19/2/2019).
Dengan hanya tersisa 39 hari sampai dengan Inggris meninggalkan Uni Eropa, politik Inggris justru terpecah akibat perencanaan perubahan kebijakan luar negeri dan perdagangan, yang merupakan langkah besar selama 40 tahun terakhir.
Corbyn menyatakan kekecewaannya terhadap pengunduran diri ketujuh anggota partai tersebut di tengah kejayaan Partai Buruh.
Namun di sisi lain, Wakil Ketua Partai Buruh, Tom Watson, menggambarkan pengunduran diri itu sebagai "wake-up call".
"Kecuali jika kita berubah, kita akan melihat lebih banyak hari seperti ini," ujar Watson yang mengindikasikan bahwa Corbyn dan timnya telah membawa Partai Buruh terlalu jauh ke sayap kiri.
Corbyn sejauh ini terjebak pada kebijakan yang menuntut referendum kedua jika PM May gagal mencapai kesepakatan dalam negosiasi ulang dengan Brussels, guna memecah kebuntuan di parlemen.
Namun, prospek referendum kedua ternyata menjadi dilema bagi Corbyn, sebagian anggota Partai Buruh menginginkan voting ulang dan sebagian lagi menuntut Inggris segera lepas dari Uni Eropa.
Sejumlah pihak mengatakan bahwa Corbyn telah menggeser kendali ideologi partai ke "arah kiri" dari sebelumnya yang menganut sistem politik demokratis di bawah kepemimpinan PM Tony Blair.
Beberapa anggota partai menuduh Corbyn gagal mengatasi isu anti-semitisme di dalam badan partai, ketua partai ini cukup vokal terhadap dukungannya terkait hak warga Palestina dan kritik terhadap pemerintahan Israel sejak 2015.
Corbyn membantah tuduhan itu, mengatakan dia berupaya memberantas anti-Semitisme.
Bagi yang lain, kapabilitas Corbyn sebagai ketua partai mulai diragukan. Anggota parlemen dari Partai Buruh, Mike Gapes, mengatakan saat ini sejumlah anggota partai mulai mempertanyaka integritas moral mereka apakah masih sejalan dengan Partai Buruh.