Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Presiden Jokowi: Hentikan "Uninstall" Bukalapak

Usai ramai tagar #UninstallBukalapak, Presiden Jokowi meminta para pengguna aplikasi Bukalapak untuk menghentikan aksi menghapus aplikasi tersebut. Kepala Negara menegaskan masyarakat harus bijak dan matang dalam bersikap.
Presiden Joko Widodo (dari kiri) berbincang dengan Founder dan CEO Bukalapak Achmad Zaky, Co-Founder dan President Fajrin Rasyid dan Co-Founderdan CTO Nugroho Herucahyono saat meninjau warung mitra Bukalapak saat peringatan HUT ke-9 Bukalapak dengan tema Menerobos Batas, di Jakarta, Kamis (10/1/2019)./Bisnis-Abdullah Azzam
Presiden Joko Widodo (dari kiri) berbincang dengan Founder dan CEO Bukalapak Achmad Zaky, Co-Founder dan President Fajrin Rasyid dan Co-Founderdan CTO Nugroho Herucahyono saat meninjau warung mitra Bukalapak saat peringatan HUT ke-9 Bukalapak dengan tema Menerobos Batas, di Jakarta, Kamis (10/1/2019)./Bisnis-Abdullah Azzam

Bisnis.com, JAKARTA -- Presiden Joko Widodo meminta kepada para pengguna aplikasi Bukalapak menghentikan aksi menghapus aplikasi tersebut dari telepon genggam masing-masing.

Pernyataan itu disampaikan oleh Presiden dalam konferensi pers seusai bertemu dengan CEO dan Pendiri Bukalapak Achmad Zaky di Istana Merdeka, Jakarta, Sabtu (16/2/2019).

Presiden mengatakan kita harus bijak dan matang dalam bersikap dan menghadapi peristiwa apapun.

"Sebab itu, saya ajak hari ini untuk hentikan, untuk setop uninstall Bukalapak. Setop. Karena kita harus dorong anak-anak muda yang memiliki inovasi dan kreativitas untuk maju," ucap Kepala Negara.

Jokowi melanjutkan pemerintah ingin mendorong Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) yang memiliki bisnis offline (luar jaringan) untuk masuk sistem online (dalam jaringan) seperti marketplace (pasar elektronik).

Dengan demikian, menurutnya, pemerintah harus mendorong unicorn--perusahaan rintisan dengan valuasi lebih dari US$1 miliar--agar memiliki ruang untuk berkompetisi dengan negara-negara lain.

Seperti diketahui, warganet mendorong para pengguna aplikasi Bukalapak untuk menghapus (uninstall) aplikasi e-commerce itu di telepon genggam masing-masing. Mereka menyematkan tagar #UninstallBukalapak sebagai bentuk respons negatif terhadap pernyataan Zaky.

Tagar itu sempat menjadi salah satu yang terpopuler di Twitter Indonesia hingga Jumat (15/2), dengan jumlah cuitan lebih dari 56.700.

Sebagai gambaran, pada Kamis (14/2), Zaky bercerita tentang dana riset dan pengembangan (Research and Development/R&D) di Indonesia yang dianggapnya masih ketinggalan dibandingkan negara lain. Melalui akun @achmadzaky di Twitter, dia menyatakan industri 4.0 adalah omong kosong apabila anggaran R&D di Indonesia hanya sekitar US$2 miliar pada 2016 atau lebih kecil dibandingkan dengan negara lain.

Amerika Serikat misalnya, disebut mempunyai anggaran sebesar US$511 miliar. Sementara itu, China menyiapkan anggaran senilai US$451 miliar, Jepang US$165 miliar, sampai negara tetangga, Singapura US$10 miliar.

"Mudah2an presiden baru bisa naikin," tulis pengusaha muda tersebut di akun Twitter-nya yang memiliki lebih dari 20.000 pengikut.

Cuitan alumni Institut Teknologi Bandung (ITB) itu kemudian ditanggapi oleh para pengguna akun Twitter lainnya. Pengguna akun media sosial atau yang dikenal sebagai warganet itu tidak mempersoalkan cuitannya mengenai dana R&D, melainkan tentang harapan soal "Presiden Baru".

Sontak, tulisan Zaky itu direspons negatif oleh para warganet. Tulisan soal "Presiden Baru" itu diartikan bahwa Zaky tidak mendukung Joko Widodo, Presiden Indonesia saat ini yang kembali mencalonkan diri sebagai Presiden periode 2019-2024 dalam Pemilihan Presiden (Pilpres) 2019 menghadapi rival lama, Prabowo Subianto.

Sebaliknya, dalam berbagai kesempatan, Jokowi menunjukkan dukungan terhadap Bukalapak sebagai salah satu unicorn. Pada Januari 2019, Jokowi juga menghadiri acara ulang tahun Bukalapak di Jakarta.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Yodie Hardiyan
Editor : Annisa Margrit
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper