Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Ma'ruf Amin: Saya Bersama MUI Sudah 24 Tahun Ngurusin Halal

Cawapres nomor urut 01 KH Ma'ruf Amin tidak mau kalah dengan janji kampanye saingannya, cawapres nomor urut 02 Sandiaga Uno terkait isu Indonesia sebagai pemain utama ekonomi halal dunia.
Calon Wakil Presiden nomor urut 01 Maruf Amin memberikan pidato politiknya kepada relawan Jokowi-Maruf Amin saat kampanye di Desa Cigugur Girang, Parongpong, Kabupaten Bandung Barat, Jawa Barat, Minggu (20/1/2019)./ANTARA-Raisan Al Farisi
Calon Wakil Presiden nomor urut 01 Maruf Amin memberikan pidato politiknya kepada relawan Jokowi-Maruf Amin saat kampanye di Desa Cigugur Girang, Parongpong, Kabupaten Bandung Barat, Jawa Barat, Minggu (20/1/2019)./ANTARA-Raisan Al Farisi

Bisnis.com, JAKARTA — Cawapres nomor urut 01 KH Ma'ruf Amin tidak mau kalah dengan janji kampanye saingannya, cawapres nomor urut 02 Sandiaga Uno terkait isu Indonesia sebagai pemain utama ekonomi halal dunia.

Sebelumnya, dalam acara Inisiatif Indonesia Menang Pusat Ekonomi Halal Dunia, di Hutan Kota Sangga Buana, Jakarta Selatan, Jumat (1/2/2019), Sandi menjanjikan target Indonesia berada di peringkat 5 besar dalam lima tahun dan menjadi pusat ekonomi halal dunia dalam 10 tahun mendatang.

Tak mau kalah dari Sandi, Ma'ruf Amin pun menegaskan perannya terkait ekonomi halal.

"Saya bersama MUI sudah 24 tahun ngurusin halal," ungkap Kiai Ma'ruf Amin  yang akrab disapa Abah ini ketika menghadiri acara Istighosah warga Nahdliyin Senen, Jakarta Pusat, Sabtu (2/2/2019).

Ma'ruf yang merupakan mantan Ketua MUI ini menjelaskan standar sertifikasi halal MUI yang dirinya perjuangkan, telah diakui secara internasional oleh berbagai negara di dunia.

Bahkan, banyak negara telah mengadopsi sistem jaminan halal dan sertifikasi halal Lembaga Pengkajian Pangan, Obat-obatan, dan Kosmetika (LPPOM) MUI sebagai role model.

"Standar [sertifikasi] halal Indonesia sudah jadi standar halal dunia. Bahkan sekarang sudah ada undang-undang yaitu UU Jaminan Produk Halal. Yang ke depan ini tidak lagi volunteery, sukarela, tapi sudah merupakan mandatory, kewajiban," jelasnya.

Seperti diketahui, menurut data State of the Global Islamic Economy Report 2018/19, Indonesia berhasil naik ke peringkat 10 besar indeks Global Islamic Economy Indicator (GIEI) dengan skor 45, sama dengan Brunei. Sebelumnya, Indonesia menduduki peringkat 11 dengan skor 42.

Oleh sebab itu, Kiai Ma'ruf Amin yang kini menginjak usia 75 tahun ini menyebut Sandi "terlambat", sebab Indonesia memang tengah mengupayakan apa yang dia janjikan dalam kampanye sebelumnya.

"Jadi halal ini memang tren sudah akan naik. Jadi kita [Indonesia] tidak baru sekarang. Pemerintah juga sudah ingin, bukan hanya halal menjadi isu global, tapi produk Indonesia harus bisa bersaing dengan produk-produk global," jelas Ma'ruf.

Skor GIEI tertinggi saat ini berturut-turut ditempati Malaysia (127), Uni Emirat Arab (89), Bahrain (65), Arab Saudi (54), Oman (51), Jordan (49), Qatar (49), Pakistan (49), dan Kuwait (46).

Dari 6 aspek indikator GIEI yang dinilai, yaitu Makanan Halal, Keuangan Syariah, Pariwisata Halal, Mode Busana Halal, Media dan Hiburan Halal, serta Obat-obatan dan Kosmetik Halal, Indonesia belum bisa menduduki peringkat pertama dari salah satunya.

Dari 6 aspek tersebut, Indonesia hanya berhasil mendapatkan peringkat terbaik di urutan ke-2 dalam aspek Mode Busana Halal, peringkat ke-4 aspek Pariwisata Halal, dan peringkat ke-10 aspek Keuangan Syariah.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Aziz Rahardyan
Editor : Saeno
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper