Bisnis.com, JAKARTA – Miliarder George Soros memperingatkan tentang ‘bahaya mematikan’ dari penggunaan kecerdasan buatan China untuk menekan warganya di bawah kepemimpinan Xi Jinping.
Ia juga menyebut presiden China itu sebagai musuh demokrasi yang paling berbahaya.
"Instrumen kontrol yang dikembangkan oleh kecerdasan buatan memberikan keuntungan inheren dari rezim totaliter atas masyarakat terbuka," kata pria berusia 88 tahun itu pada Kamis di World Economic Forum di Davos, Swiss.
"China bukan satu-satunya rezim otoriter di dunia, tetapi tidak diragukan lagi menjadi negara terkaya, terkuat, dan paling maju dalam pembelajaran mesin dan kecerdasan buatan,” lanjutnya, seperti dikutip Bloomberg.
Soros mengarakan China sedang mengembangkan basis data terpusat yang akan menggunakan algoritma untuk menentukan apakah seseorang menimbulkan ancaman terhadap sistem satu partai di China.
“Sementara sistem kredit sosial belum sepenuhnya operasional, ini akan menekan nasib individu untuk kepentingan negara satu partai dengan cara yang belum pernah terjadi sebelumnya dalam sejarah," kata Soros.
"Saya menemukan bahwa sistem kredit sosial menakutkan dan menjijikkan," katanya.
Juru bicara Kementerian Luar Negeri China Hua Chunying mengkritik Soros pada hari Kamis dan mengatakan komentarnya bahkan tidak pantas untuk disangkal.
"Kami berharap orang-orang yang relevan dapat mengambil sikap yang benar dan mengambil perspektif jangka panjang untuk melihat perkembangan China secara rasional dan obyektif," katanya dalam jumpa pers di Beijing.
Pada WEF tahun lalu, Soros mengecam raksasa media sosial Facebook Inc. dan Google. Dia membandingkannya dengan perusahaan judi yang menumbuhkan kecanduan di antara pengguna dan mengatakan bahwa mereka mengeksploitasi data yang mereka kontrol.
Soros pada Kamis menegaskan kembali perlunya mengatur perusahaan teknologi sementara rezim otoriter menyatakan mereka sebagai "juara nasional."
"Itulah yang memungkinkan beberapa perusahaan milik negara China untuk mengejar ketinggalan dan bahkan melampaui raksasa multinasional," katanya.
Soros berbicara panjang lebar tentang China, mengkritik Xi dan proyek infrastruktur “One Belt, One Road”. Dia juga menyebut Presiden Rusia Vladimir Putin sebagai musuh demokrasi.
“Saya telah berkonsentrasi pada China tetapi masyarakat terbuka memiliki lebih banyak musuh, Putin adalah yang paling menonjol di antara mereka,” kata Soros.