Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Mengenal Fenomena 'Split Ticket' dari Terbelahnya Dukungan Demokrat

Partai Demokrat menjadi partai paling terbelah pemilihnya dalam mendukung calon presiden-wakil presiden. Di waktu yang tersisa, partai berlambang Mercy ini janji bakal solid.
Calon Presiden dan Wakil Presiden nomor urut 02 Prabowo Subianto (kiri) dan Sandiaga Uno (kanan) berfoto bersama dengan Ketua Umum Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono (tengah) usai menyampaikan pidato kebangsaan di Jakarta Convention Center, Jakarta, Senin (14/1/2019)./ANTARA-Galih Pradipta
Calon Presiden dan Wakil Presiden nomor urut 02 Prabowo Subianto (kiri) dan Sandiaga Uno (kanan) berfoto bersama dengan Ketua Umum Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono (tengah) usai menyampaikan pidato kebangsaan di Jakarta Convention Center, Jakarta, Senin (14/1/2019)./ANTARA-Galih Pradipta

Bisnis.com, JAKARTA – Partai Demokrat menjadi partai paling terbelah pemilihnya dalam mendukung calon presiden-wakil presiden. Di waktu yang tersisa, partai berlambang Mercy ini janji bakal solid.

Politisi Demokrat Roy Suryo mengatakan partainya memang sebelumnya membebaskan semua kader dalam mendukung pasangan capres-cawapres.

“Akan tetapi awal tahun dengan aktifnya internal di Prabowo-Sandi membuktikan bahwa kami serius kepada Prabowo-Sandi,” katanya di Jakarta, Rabu (23/1/2019).

Berdasarkan survei Indikator, hampir tidak ada partai politik yang memiliki basis pendukung untuk memilih sejalan dengan pasangan capres-cawapres yang mereka usung.

Demokrat sebagai pengusung pasangan pilpres nomor urut 02 memiliki pendukung yang sangat terbelah yaitu 40,5% kepada Jokowi-Ma’ruf dan 54,1% untuk Prabowo-Sandi. Indikator menyebut pemilih ini sebagai split ticket voting.

Split ticket dapat mengidentifikasi setidaknya dua hal, yaitu keberhasilan partai dalam menjaga loyalitas pemilih dan kekuatan personal peserta pilpres untuk menarik sebanyak mungkin pemilih, bahkan dari basis partai yang tidak mengusungnya.

Roy menjelaskan bahwa fenomena split ticket bukan hanya terjadi sekarang tapi juga pada 2004 saat Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) menjadi presiden untuk periode pertama.

“Pada 2004 juga Demokrat sangat diuntungkan. Saat itu Demokrat memperoleh 7,5% di pemilu. Tapi sebagian besar pendukung Partai Golkar memilih SBY dibandingkan Wiranto,” ucapnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Editor : Miftahul Ulum

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper