Bisnis.com, JAKARTA--Terkait tema debat seputar terorisme, kedua pasangan Calon Presiden dan Wakil Presiden mengedepankan strategi komprehensif. Strategi pemberantasan teroris itu, menurut kedua pasangan harus dilakukan sejak hulu persoalan, yaitu akar tumbuhnya pemikiran radikal.
Selain itu, strategi selanjutnya adalah penguatan pasukan khusus. Bagi kedua pasangan, teroris adalah penjahat. Capres Prabowo sempat mengatakan berpengalaman memerangi teroris. Bersama Luhut B Panjaitan, dirinya pernah membentuk pasukan khusus. “Saya bersama Pak Luhut yang membentuk pasukan anti teror yang pertama,” ujarnya.
Pada kenyataannya, Indonesia memang mempunyai beberapa pasukan khusus anti teror. Yang paling dikenal adalah Densus 88, salah satu unit khusus dari kalangan Brimob Kepolisian RI.
Selain Densus 88, masih terdapat beberapa pasukan khusus lain seperti Detasemen C Gegana, Dengultor TNI AD, Detasemen 81 Kopassus, serta pasukan elit seperti Detasemen Jala Mengkara (Denjaka) Marinir TNI AL, dan Denbravo 90 TNI AU.
Detasemen atau Satuan Tugas Penanggulangan Teror (Satgultor) 81 Kopassus didirikan menyusul penumpasan teroris yang membajak pesawat Garuda pada 1981 di Thailand. Operasi itu kemudian dikenal sebagai Operasi Woyla.
Pada saat itu, Kepala BAIS TNI Letjend LB Moerdani menggagas satuan tugas tersebut. Komandan pertama Detasemen 81 adalah Mayor Inf. Luhut B Pandjaitan, baru kemudian Kapten Inf. Prabowo Subianto.
Pada tahun lalu pasca rentetan aksi teror, pemerintah kembali mengaktifkan Komando Operasi Khusus Gabungan (Koopssusgab) yang terdiri dari 90 prajurit TNI terlatih. Presiden Joko Widodo telah merestui Koopssusgab tersebut.
Presiden Jokowi juga telah menyampaikan pembentukan satuan antiteror Koopssusgab TNI untuk menciptakan rasa aman di tengah masyarakat. Koopssusgab baru akan diterjunkan dalam pemberantasan terorisme jika Kepolisian Republik Indonesia sudah tidak sanggup menanganinya.
Koopssusgab pernah terbentuk pada masa kepemimpinan Panglima TNI Moeldoko. Pasukan itu merupakan gabungan dari tiga matra TNI, yaitu Sat-81 Gultor Komando Pasukan Khusus milik TNI Angkatan Darat, Detasemen Jalamangkara punya TNI Angkatan Laut, dan Satbravo 90 Komando Pasukan Khas dari TNI Angkatan Udara.
Pasukan ini bisa diturunkan secara cepat ketika terjadi situasi genting menyangkut terorisme. Tugas-tugas yang ditangani Koopssusgab sifatnya operasi luar biasa.