Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Korea Selatan Catatkan Surplus US$70,5 Miliar Sepanjang 2018

Aktivitas perdagangan di Korea Selatan sepanjang 2018 mencatatkan pertumbuhan yang positif meskipun dibayangi sentimen perang dagang antara AS dan China, serta volatilitas pasar finansial global.
Kawasan pusat belanja Sewoon  di Kota Seoul, Korea Selatan/Istimewa
Kawasan pusat belanja Sewoon di Kota Seoul, Korea Selatan/Istimewa

Bisnis.com, JAKARTA - Aktivitas perdagangan di Korea Selatan sepanjang 2018 mencatatkan pertumbuhan yang positif meskipun dibayangi sentimen perang dagang antara AS dan China, serta volatilitas pasar finansial global.

Kementerian Perdagangan, Industri, dan Energi Republik Korea mencatat total perdagangan sepanjang tahun lalu mencapai rekor tertingginya yakni US$1,14 triliun, yang terdiri dari nilai ekspor sebesar US$605 miliar serta nilai impor sebesar US$535 miliar. Nilai ekspor tersebut naik 5,5% dan impor tumbuh 11,8% secara tahunan. Pencapaian tersebut membuat Korea Selatan mencatatkan surplus perdagangan sebesar US$70,5 miliar sepanjang 2018.

"Kementerian mengoptimalkan kapasitas kebijakan penuh [full policy capacity] untuk mengatasi risiko pelemahan ekspor, guna mendorong pencapaian target di atas US$600 miliar pada 2018," kata Menteri Perdagangan Republik Korea Sung Yunmo melalui siaran pers seperti dikutip Bloomberg, Kamis (3/1).

Korea Selatan merupakan negara ketujuh yang mencapai nilai ekspor tahunan lebih dari US$600 miliar setelah Amerika Serikat, Jerman, China, Jepang, Belanda, dan Prancis. Industri ekspor Korea Selatan juga merupakan yang terbesar keenam di dunia dan berperan sebagai roda pertumbuhan ekonomi negara tersebut.

Produk semikonduktor mencatatkan rekor ekspor tertinggi pada tahun lalu dengan nilai perdagangan mencapai US$126,7 miliar, diikuti produk mesin dengan nilai perdagangan US$53,5 miliar, dan petrokimia sebesar US$50,1 miliar.

Sepanjang tahun lalu, ekspor Korea Selatan juga mengalami peningkatan ke sejumlah negara kecuali Timur Tengah, Amerika Tengah, dan Amerika Selatan.

Ekspor ke blok negara Commonwealth of Independent States (CIS) tumbuh 17,7%, ekspor ke China tumbuh 14,2% serta ekspor ke Jepang tumbuh 14,2%.

Sementara itu pertumbuhan realisasi impor sebagian besar didukung oleh peningkatan produksi dan peningkatan pada industri ekspor.

Kinerja impor produk komoditas, barang konsumen, dan barang setengah jadi tumbuh masing-masing 23,5%; 13,6%; dan 11% secara tahunan. Sementara itu, impor barang modal (capital goods) turun 2,8% secara tahunan.

Impor dari sejumlah negara seperti CIS tumbuh 42%,  dari Arab Saudi tumbuh 23,5%, Vietnam tumbuh 21,8%, India tumbuh 18,8%, Amerika Serikat tumbuh 16,4%, Amerika Tengah dan Amerika Selatan tumbuh 14,6%, serta impor ke negara Asean tumbuh 11,6%.

Pengiriman dari CIS dan Timur Tengah mengalami peningkatan signifikan yang disebabkan oleh meningkatnya permintaan komoditas seperti minyak mentah.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Nirmala Aninda
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper