Bisnis.com, JAKARTA -- Ekonomi Singapura tercatat melambat dengan pertumbuhan produk domestik bruto pada kuartal IV/2018 tercatat 2,2% secara tahunan jika dibandingkan dengan periode yang sama pada tahun sebelumnya.
Adapun, berdasarkan data Kementerian Perdagangan dan Industri Singapura yang dirilis pada Rabu (2/1/2019), produk domestik bruto (PDB) secara kuartalan naik 1,6% pada kuartal IV/2018 dibandingkan dengan realisasi pada kuartal III/2018.
Seperti dilansir Bloomberg, perlambatan pertumbuhan ekonomi disebabkan oleh tensi perdagangan global dan kenaikan suku bunga. Hal itu juga menyebabkan penurunan harga jual rumah sepanjang akhir tahun lalu.
Sebagai salah satu negara Asia yang paling bergantung dengan ekspor, prospek ekonomi Singapura sangat terikat dengan kondisi perdagangan dan pertumbuhan ekonomi global.
Otoritas Moneter Singapura telah mengindikasikan pertumbuhan ekonomi akan mengalami perlambatan lebih rendah pada 2019 dengan proyeksi pertumbuhan PDB pada kisaran 1,5% - 3,5%. Adapun, Singapura tercatat mengalami pertumbuhan ekonomi sebesar 3,3% pada 2018.
Bank sentral Singapura, Monetary Authority of Singapore (MAS), juga telah memperketat kebijakan moneter sebanyak dua kali pada 2018 di tengah tren kenaikan suku bunga The Fed sepanjang tahun lalu yang berdampak pada kebijakan moneter konservatif secara global.
"Kunci dari kebijakan MAS tahun ini bergantung pada keputusan The Fed untuk menghentikan kenaikan suku bunga lebih awal dari yang diperkirakan dan proyeksi inflasi Singapura," ujar Selena Ling, Chief Economist di Oversea-Chinese Banking Corp (OCBC).
"Untuk saat ini perlambatan sebagian besar telah sesuai dengan perkiraan mereka dan proyeksi perlambatan pertumbuhan pada 2019 juga akan berlanjut. Kuncinya tetap pada inflasi inti," tambahnya.
Ekonom Bloomberg Tamara Henderson menyatakan, pertumbuhan ekonomi Singapura bahkan diproyeksikan memiliki ruang pelemahan yang lebih luas pada 2019 meskipun tidak memperhitungkan perselisihan dagang antara Amerika Serikat dan China.
"Kebijakan moneter kemungkinan tidak akan mengalami perubahan hingga April atau bahkan sepanjang 2019 jika kondisi ekonomi global dan harga minyak yang masih bersahabat," katanya.
Otoritas Moneter Singapura memberlakukan kebijakan pengetatan pada April dan Oktober tahun lalu yang berdampak stabilitas kurva inflasi.