Bisnis.com, JAKARTA - Kubu pasangan Calon Presiden dan Calon Wakil Presiden 2019-2024 nomor urut 02 Prabowo Subianto-Sandi Salahuddin Uno (Prabowo-Sandi) mengklaim mulai berebut kantong-kantong suara strategis incumbent, Capres Joko Widodo dan Cawapres KH Ma'ruf Amin (Jokowi-KMA).
Beberapa kantong suara strategis diantaranya di wilayah Jawa Tengah seperti wilayah Solo Raya, perlahan demi perlahan berhasil dimasuki Prabowo-Sandi dan mendapat respons positif dari masyarakat di daerah tersebut.
"Di Solo Raya misalnya yang merupakan wilayah Marhaen, kami mendapat tawaran dari beberapa warga di dekat kediaman Jokowi untuk menjadikan rumahnya sebagai Posko Prabowo-Sandi. Mereka menilai Prabowo-Sandi lebih menjanjikan harapan yang lebih baik untuk memperbaiki kehidupan mereka," kata Koordinator Juru Bicara Prabowo-Sandi, Dr.Dahnil Anzar Simanjuntak, S.E., M.E., seusai Diskusi Rabu Biru bertemakan "Nestapa Ekonomi Indonesia 2018" di Media Center Prabowo-Sandi, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, Rabu malam (19/12/2018).
Dahnil menyebutkan tren tersebut menjadi pelecut semangat tim Prabowo-Sandi, untuk lebih masif lagi melakukan pendekatan dan komunikasi di basis-basis suara utama Jokowi-KMA di Jawa Tengah dan Jawa Timur. Sehingga jarak elektabilitas antara kedua pasangan sudah semakin tipis dan setidaknya dalam satu bulan ini, elektabilitas Prabowo-Sandi sudah bisa melampaui Jokowi-KMA.
"Saat ini kami bersaing sengit, masih berselisih tipis. Tanda-tandanya sangat menggembirakan kami. Hasil survei menunjukkan elektabilitas Prabowo-Sandi melesat demikian cepatnya, dalam sebulan terakhir naik sekitar 15%, menjadi 30%. Karenanya kami yakin dalam sebulan ini sudah bisa melampaui elektabilitas Jokowi-KMA. Kami lebih intensif lagi menggarap wilayah Jateng dan daerah-daerah Tapal Kuda," katanya.
Pada kesempatan tersebut, Dahnil juga kembali menegaskan komitmen Prabowo-Sandi untuk menyelamatkan Indonesia, sebagaimana pidato politik Prabowo Subianto saat berbicara di depan Peserta Konferensi Partai Gerindra di Sentul, Bogor Jawa Barat, yang menyebutkan jika dirinya kalah di Pilpres 2019, Indonesia akan punah.
"Pernyataan itu bermakna begini, saat ini yang terjadi adalah Indonesia kehilangan kedaulatan, orang-orang dari luar membangun di Indonesia, bukan membangun Indonesia. Lantaran semuanya diatur dan dikendalikan oleh pemilik modal besar, negara pun kehilangan kendali atas politik, ekonomi dan kebudayaan. Nah jika kondisi yang terjadi saat ini dibiarkan, beliau artikan negara bisa punah," ujarnya.
Prabowo, kata Dahnil, menganalogikan Indonesia bagai sebuah pesawat, harus dikendalikan oleh pilot yang ahli. Kalau tidak, pesawat bisa jatuh dan punah pesawat Indonesia. "Dalam konteks sekarang, kami menilai yang terjadi saat ini adalah negara sudah salah urus. Kalau dibiarkan terus, negara bisa punah. Nah itu yang tidak kita mau terjadi, sehingga butuh perubahan kepemimpinan," tegasnya.
Dalam kesempatan terpisah, Wakil Direktur Media dan Komunikasi Badan Pemenangan Nasional Prabowo-Sandi, Dhimam Abror mengungkap berdasarkan hasil survei internal dan eksternal dari berbagai lembaga survei, jarak elektabilitas Prabowo-Sandi dengan elektabilitas Jokowi-KMA sudah semakin mepet dan hal itu menjadi modal yang sangat berharga bagi BPN Prabowo-Sandi untuk semakin intensif terjun ke lapangan.
"Tanda-tanda positif tersebut semakin membulatkan tekad dan melecut semangat kami untuk memenangkan Pilpres 2019. Dalam sisa waktu kampanye yang ada, hingga April 2019, Prabowo-Sandi akan lebih banyak meluangkan waktu keliling ke Jawa Tengah dan Jawa Timur karena di wilayah ini selisih suara kami sudah semakin tipis dengan suara incumbent," ujarnya kepada Bisnis.