Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Theresa May Sebut Referendum Brexit Kedua sebagai Pengkhianatan

Perdana Menteri Inggris Theresa May mengkritik pendukung referendum kedua Brexit pada hari Senin (17/12/2018) saat May menjelaskan kepada Parlemen mengapa para pemimpin Uni Eropa menolak usahanya untuk mengubah perjanjian Brexit.
Perdana Menteri Inggris Theresa May/Reuters
Perdana Menteri Inggris Theresa May/Reuters

Bisnis.com, JAKARTA – Perdana Menteri Inggris Theresa May mengkritik pendukung referendum kedua Brexit pada hari Senin (17/12/2018) saat May menjelaskan kepada Parlemen mengapa para pemimpin Uni Eropa menolak usahanya untuk mengubah perjanjian Brexit.

Theresa May, yang menuduh mantan Perdana Menteri Tony Blair 'meremehkan' negosiasinya dengan mendorong referendum suara kedua, akan mengatakan bahwa hal tersebut merupakan pengkhianatan kepercayaan yang besar.

Deputi efektif May, David Lidington, dan Kepala Staf Gavin Barwell membantah mendukung referendum lain setelah laporan surat kabar bahwa mereka akan membicarakan masalah ini.

“Referendum lain akan menyebabkan kerusakan yang tidak dapat diperbaiki terhadap integritas politik kita, karena akan mengatakan kepada jutaan orang yang percaya pada demokrasi, bahwa demokrasi kita tidak berjalan semestinya," ungkap May, berdasarkan salinan dari pernyataan yang akan disampaikan ke Parlemen, Senin (17/12) yang dirilis oleh kantornya.

“Ini akan semakin memecah negara kita pada saat kita harus bekerja untuk menyatukannya,” lanjutnya, seperti dikutip Bloomberg.

Spekulasi mengenai referendum kedua untuk meninggalkan Uni Eropa terus meningkat sejak May memutuskan penundaan voting di House of Commons untuk menyetujui draf kesepakatan Brexit.

May kemudian selamat dari upaya anggota parlemen untuk menggesernya sebagai pemimpin Partai Konservatif, dan menuju ke Brussels pada hari Kamis (13/12) untuk mencari penyesuaian terhadap kesepakatan Brexit.

Inggris akan meninggalkan blok 28 negara tersebut pada 29 Maret dan jika May tidak dapat menemukan draf kesepakatan yang akan diterima oleh Parlemen, Inggris kemungkinan keluar dari Uni Eropa tanpa kesepakatan.

Pemerintah Inggris memprediksi kerusakan ekonomi yang dihasilkan dapat mencakup penurunan 25% nilai poundsterling dan 30% jatuhnya harga rumah.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Fajar Sidik

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper