Bisnis.com, JAKARTA—Militer Rusia akan menghadang setiap kemungkinan pengerahan rudal nuklir AS ke Eropa setelah Presiden Donald Trump menyatakan keluar dari kesepakatan senjata usai era Perang Dingin.
Deputi Menlu Rusia Sergei Ryabkov mengatakan negaranya meragukan pernyataan para pemimpin Eropa dan AS yang menyatakan tidak akan mengerahkan senjata nuklir sebagaimana dikutip Newsweek.com, Selasa (27/11/2018). Karena itulah Moskow akan mulai mempersiapan diri untuk menghadangnya.
“Kami mendengar [pembangkangan], itu saja,” ujar Ryabkov. Sejumlah program telah sering diubah sebelumnya. Kami tidak ingin kecewa dengan kolega kami (AS) dan kami berasumsi ada skenario terburuk atas program militer kami,” ujarnya.
Sebelumnya pada Oktober lalu, Presiden AS Donald Trump mengumumkan rencananya untuk keluar dari Perjanjian Nuklir Jarak Menengah (INF). Perjanjian tersebut melarang AS maupun Rusia (saat itu Uni Soviet) untuk membangun rudal yang bisa menempuh jarak 500-5.500 kilometer.
Ryabkov membeberkan adanya kemungkinan Washington bakal menempatkan rudalnya di tempat yang bisa menjangkau Rusia maupun sekutunya. Ryabkov menjelaskan manuver AS tersebut memberikan mereka kesempatan untuk menghujam pertahanan Negeri "Beruang Merah" tersebut.
Dia menolak menjabarkan skenario apa yang disiapkan militernya. Namun dia memastikan aksi tersebut bakal sangat efisien dan tidak mahal. Presiden Vladimir Putin di akhir Oktober mengancam bakal menyerang negara-negara Eropa jika mereka mengizinkan AS menempatkan senjatanya.
"Reaksi kami bakal bersifat cepat dan efektif. Setiap aksi dari negara Barat bisa memaksa negara kami melakukan aksi balasan," kata Putin. Rencana Trump untuk keluar dari INF membuat sekutunya seperti Jerman dan Perancis meradang.
Presiden Perancis Emmanuel Macron mengatakan langkah tersebut bisa mengancam Eropa. Pada awal November, Macron sempat mencetuskan agar Eropa bersatu dan menggabungkan militer untuk melindungi diri dari Rusia, China, bahkan AS.