Bisnis.com, JAKARTA - Menteri Keuangan Inggris Philip Hammond menilai draf kesepakatan Brexit yang berhasil dirumuskan Inggris dan Uni Eropa (UE) adalah solusi terbaik untuk melindungi perekonomian negara tersebut.
"Kesepakatan ini adalah cara yang memungkinkan Inggris tetap meninggalkan UE dengan dampak negatif terhadap ekonomi seminim mungkin," kata Hammond kepada BBC, Sabtu (24/11/2018), seperti dilansir Reuters.
"Satu-satunya alasan yang menahan perekonomian saat ini adalah ketidakpastian soal hubungan kita dengan UE di masa depan," sambungnya.
Hammond juga mengungkapkan jika Inggris meninggalkan UE tanpa kesepakatan, negara tersebut akan menghadapi konsekuensi perekonomian yang sangat serius dan berdampak negatif terhadap lapangan kerja dan kesejahteraan.
Hammond, yang bertemu pemimpin Democratic Unionist Party (DUP) Arlene Foster pada Jumat (23/11/2018) menekankan bahwa perjanjian Brexit akan berdampak baik mengingat perpecahan opini soal keanggotaan Inggris di UE usai referendum Juni 2016 lalu.
"Tetap di Uni Eropa setelah keputusan referendum untuk meninggalkan Uni Eropa tentu akan melemahkan politik kita, hal tersebut dapat merusak kepercayaan masyarakat terhadap sistem politik," papar Hammond.
Hammond juga menilai Inggris memerlukan waktu untuk menyatukan kembali masyarakat yang terpecah karena perbedaan pandangan usai referendum. Negara yang terpecah, menurutnya, bukanlah negara yang sukses.
Perdana Menteri Theresa May akan bertemu dengan para pemimpin Uni Eropa pada hari Minggu (25/11/2018) di Brussels untuk menandatangani kesepakatan Brexit meskipun Spanyol menunjukkan keberatan atas status Gibralatar yang belum jelas.
Bahkan jika ditandatangani negara-negara UE, May tetap akan menghadapi tantangan dari dalam negeri seiring munculnya suara ketidaksetujuan dari Partai Konservatif dan DUP.