Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rihanna Gugat Donald Trump, Lagunya Don't Stop The Music Dicomot untuk Kampanye

Rihanna ternyata tak suka lagunya 'Don't Stop The Music' digunakan Donald Trump dalam urusan perpolitikan oleh Presiden Amerika Serikat itu.

Bisnis.com, JAKARTA—Rihanna ternyata tak suka lagunya 'Don't Stop The Music' digunakan Donald Trump dalam urusan perpolitikan oleh Presiden Amerika Serikat itu.

Tak tanggung-tanggung, penyanyi kelahiran Barbados ini mengirimkan Trump surat yang berisi permintaan agar dia berhenti menyetel lagu Rihanna dalam kampanye politiknya . Surat itu sekaligus memberi Trump ancaman hukum dengan melaju ke persidangan apabila Trump gagal memenuhi permintaannya hingga waktu yang ditentukan.

Dalam surat itu, tim hukum wanita bernama lengkap Robyn Rihanna Fenty itu pun melayangkan peringatan kepada penasihat Gedung Putih.

"Telah menjadi perhatian kami bahwa Presiden Trump menggunakan komposisi musik dan rekaman utama [Rihanna], termasuk lagu hitnya 'Don't Stop the Music', sehubungan dengan sejumlah acara politik yang diadakan di seluruh Amerika Serikat," tulisnya dengan lugas sebagaimana dikutip CNN.com, Rabu (7/11/2018).

Lebih lanjut, tim Rihanna menegaskan bahwa pendiri Fenty Beauty tidak pernah memberikan persetujuannya kepada Trump untuk menggunakan musiknya.

"Seperti yang Anda ketahui atau harus Anda ketahui, Nona Fenty belum memberikan persetujuannya kepada Trump untuk menggunakan musiknya. Penggunaan demikian tidak tepat," lanjutnya.

Merasa dirugikan, tim Rihanna khawatir penggunaan musik sang bintang dapat menimbulkan misinterpretasi para penggemar.

"Penggunaan musik Nona Fenty yang tidak sah tersebut menciptakan kesan yang salah bahwa Nona Fenty berafiliasi dengan atau terhubung dengan Trump."

Surat itu dikirim hanya sehari setelah Rihanna mengetahui sang Presiden menyetel 'Don't Stop the Music' di Chattanooga, Tennessee.

Ternyata penyanyi 'Diamonds' itu diketahui punya pandangan politik yang berseberangan dengan Trump. Rihanna adalah pendukung partai Demokrat, sedangkan Trump adalah bagian dari Republik.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Sutarno
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper