Bisnis.com, JAKARTA — Badan Amil Zakat Nasional (Baznas) telah menggelontorkan dana mencapai Rp7,4 miliar pada periode 2017-2018 untuk mendukung program pemberdayaan ekonomi di 114 pondok pesantren.
Direktur Utama Baznas, M. Arifin Purwakananta, mengatakan jumlah dana zakat dan infak yang disalurkan itu meningkat dari periode sebelumnya, pada 2016-2017 sebanyak Rp6,3 miliar untuk 112 pondok pesantren.
"Dengan dana tersebut Baznas ingin para santri juga bisa ikut meningkatkan perekonomian dan mengentaskan kemiskinan melalui program Santripreneur," katanya saat pencanangan program Santripreneur di Jakarta, Senin (22/10/2018.
Menurutnya, program Santripreneur untuk menjadikan pondok pesantren sebagai basis dan pusat ekonomi, baik bagi warga pesantren maupun masyarakat di sekitarnya, termasuk para orang tua dan wali santri.
Dia menjelaskan pemberdayaan ekonomi dalam program Santripreneur yang mengutamakan peran santri dan potensi pesantren itu diimplementasikan melalui pengembangan keuangan mikro pesantren dan Zakat Community Development (ZCD).
Adapun rencana program Santripreneur itu, lanjutnya, antara lain sudah dilaksanakan melalui program Baznas Microfinance di Pondok Pesantren Sidogiri di Kota Pasuruan, Jawa Timur.
Bekerjasama dengan Lembaga Keuangan Mikro Syariah Pondok Pesantren Sidogiri, lanjutnya, telah disalurkan bantuan pembiayaan kepada 851 pelaku usaha mikro sebesar Rp3 miliar.
Arifin mengatakan para penerima manfaat itu terdiri atas para alumni pesantren, masyarakat sekitar dan para wali santri yang tersebar di berbagai cabang Baitul Mal Wa Tamwil (BMT) Sidogiri.
"Program Santripreneur di Pesantren Sidogiri diharapkan dapat memperkuat kelembagaan ekonomi yang sudah ada dan memberikan dampak ekonomi berlipat bagi seluruh warga pesantren, wali santri dan juga masyarakat sekitar pesantren." ujarnya.
Dia juga mengungkapkan kini Baznas tengah mengembangkan program Zakat Community Development (ZCD) di Pondok Pesantren Nurul Huda, Desa Langgongsari, Cilongok, Banyumas, Jawa Tengah.
Potensi pesantren itu cukup besar bagi pemberdayaan ekonomi, mengingat jumlah santrinya mencapai 1.000 orang dapat disiapkan memproduksi hygiene kit untuk kebutuhan mereka sendiri dan biogas yang menghasilkan listrik untuk pesantren.
“Selain itu, warga sekitar pesantren memiliki usaha gula kelapa yang bisa dioptimalkan pasokan produksi dan pemasarannya. Wilayah ini juga sedang disiapkan menjadi desa buah durian di Jawa Tengah,” tegasnya.