Bisnis.com, JAKARTA – Presiden Amerika Serikat Donald Trump menegaskan bahwa AS akan keluar dari kesepakatan anti-senjata nuklir yang pernah disepakati dengan Rusia.
Trump menuding Rusia telah melanggar Traktat Angkatan Nuklir Jangka Menengah (INF) yang diteken tahun 1987. Perjanjian itu berisi kesepakatan untuk melarang peluncuran rudal yang memiliki jarak tempuh antara 500 hingga 5.500 kilometer.
Trump mengataan AS tidak akan membiarkan Rusia melanggar traktat dan memproduksi persenjataan terlarang jika negaranya tak diperbolehkan melakukan hal yang sama.
"Saya tak tahu mengapa Presiden Obama tidak bernegoisasi atau menarik AS dari kesepakatan itu. Rusia sudah melanggarnya bertahun-tahun," kata Trump di Nevada, kemarin waktu setempat sebagaimana dikutip CNN.com, Minggu (21/10/2018).
Pada 2014, Obama sebenarnya menuding Rusia melanggar perjanjian anti-nuklir itu setelah negara di bawah pimpinan Vladimir Putin tersebut menguji coba peluncuran rudal jelajah.
Obama saat itu dilaporkan memilih tak menarik diri dari traktat atas desakan pimpinan negara Eropa yang menyebut kebijakan itu justru akan memulai perlombaan senjata.
Sumber di Kementerian Luar Negeri Rusia menyebut kebijakan AS didorong dunia yang unipolar. Artinya, AS ingin menjadi satu-satunya kekuatan besar di dunia.
AS berkeras Rusia sudah mengembangkan misil jelajah jarak menengah bernama Novator 9M729 atau yang disebut anggota Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) sebagai SSC-8.
Menurut AS, rudal itu memungkinkan Rusia meluncurkan nuklir ke negara-negara NATO tanpa pemberitahuan sebelumnya.
Sementara itu, Rusia tak banyak berkomentar tentang misil baru itu. Mereka hanya membantah pelanggaran kesepakatan anti-misil.