Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

AS Keluar Dari Kesepakatan Anti-rudal dengan Rusia

Presiden Amerika Serikat Donald Trump  menegaskan bahwa AS akan keluar dari kesepakatan anti-senjata nuklir yang pernah disepakati dengan Rusia.
Seorang teknisi  berjalan melintasi peluncur rudal Rusia Iskander-M  sebelum latihan untuk parade Hari Kemenangan dengan latar Pusat Bisnis Moskow, yang juga dikenal sebagai Kota Moskow, 5 Mei 2016/Reuters
Seorang teknisi berjalan melintasi peluncur rudal Rusia Iskander-M sebelum latihan untuk parade Hari Kemenangan dengan latar Pusat Bisnis Moskow, yang juga dikenal sebagai Kota Moskow, 5 Mei 2016/Reuters

Bisnis.com, JAKARTA – Presiden Amerika Serikat Donald Trump  menegaskan bahwa AS akan keluar dari kesepakatan anti-senjata nuklir yang pernah disepakati dengan Rusia.

Trump menuding Rusia telah melanggar Traktat Angkatan Nuklir Jangka Menengah (INF) yang diteken tahun 1987. Perjanjian itu berisi kesepakatan untuk melarang peluncuran rudal yang memiliki jarak tempuh antara 500 hingga 5.500 kilometer.

Trump mengataan AS tidak akan membiarkan Rusia melanggar traktat dan memproduksi persenjataan terlarang jika negaranya tak diperbolehkan melakukan hal yang sama.

"Saya tak tahu mengapa Presiden Obama tidak bernegoisasi atau menarik AS dari kesepakatan itu. Rusia sudah melanggarnya bertahun-tahun," kata Trump di Nevada, kemarin waktu setempat sebagaimana dikutip CNN.com, Minggu (21/10/2018). 

Pada 2014, Obama sebenarnya menuding Rusia melanggar perjanjian anti-nuklir itu setelah negara di bawah pimpinan Vladimir Putin tersebut menguji coba peluncuran rudal jelajah.

Obama saat itu dilaporkan memilih tak menarik diri dari traktat atas desakan pimpinan negara Eropa yang menyebut kebijakan itu justru akan memulai perlombaan senjata.

Sumber di Kementerian Luar Negeri Rusia menyebut kebijakan AS didorong dunia yang unipolar. Artinya, AS ingin menjadi satu-satunya kekuatan besar di dunia.

AS berkeras Rusia sudah mengembangkan misil jelajah jarak menengah bernama Novator 9M729 atau yang disebut anggota Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) sebagai SSC-8.

Menurut AS, rudal itu memungkinkan Rusia meluncurkan nuklir ke negara-negara NATO tanpa pemberitahuan sebelumnya.

Sementara itu, Rusia tak banyak berkomentar tentang misil baru itu. Mereka hanya membantah pelanggaran kesepakatan anti-misil.

 


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Sutarno

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper