Bisnis.com, JAKARTA - Direktur Eksekutif The Political Literacy Institute Gun Gun Heryanto mengungkapkan suara perempuan akan menjadi rebutan pada Pilpres 2019 yang akan didominasi oleh pemilih berdasarkan aspek psikologis dan aspek sosiologis.
Menurut Gun Gun, tingginya potensi suara perempuan menjadi poin penting Pilpres 2019 mendatang. Karena itulah, menurut pengamat komunikasi politik Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah itu pasangan capres-cawapres yang berhasil menarik simpati pemilih perempuan maka mereka sangat berpotensi memenangkan pemilihan presiden tahun depan.
"Ceruk pemilih perempuan ini porsinya sangat besar dan sifatnya cair. Karena itu, pilihan mereka kerap kali dipengaruhi political treatment yang dilakukan pasangan calon," kata Gun Gun kepada wartawan, Jumat (24/8/2018).
Lebih jauh Gun Gun mengatakan bahwa pilihan kelompok pemilih perempuan ini sangat bergantung pada aspek psikologis. Karena itu jangan heran ada efek pesona calon yang dilihat secara fisik selain cara berkomunikasi dan tampilan di media.
“Jadi ceruk terbesarnya faktor psikologis," ujarnya.
Akan tetapi, ada pula pemilih yang memilih dengan pertimbangan rasionalitas berdasarkan aspek sosiologis atau kedekatan dengan komunitas atau kelompok tertentu.
Diketahui, jumlah pemilih potensial perempuan dalam Pemilihan Umum (Pemilu) 2019 mencapai 92.796.375 pemilih dari total 185.639.674 pemilih berdasarkan Daftar Pemilih Sementara (DPS) Komisi Pemilihan Umum (KPU). Angka itu berbeda tipis dari pemilih potensial laki-laki sebesar 92.843.299 pemilih.
Hadirnya Ma’ruf Amin yang mendampingi capres Jokowi, kata Gun Gun, sangat berpotensi menambah suara dari kelompok perempuan yang ada di badan-badan otonom di bawah NU seperti Muslimat, Fatayat, hingga IPPNU.
"Jadi bisa karena kesamaaan komunitas. Fatayat (NU) kalau bisa dioptimalkan bisa sangat berpengaruh. Kalau dari kubu Prabowo, sosok Sandi kalau bisa dioptimalkan bisa menarik hasrat pemilih psikologis terutama perempuan," katanya.