Bisnis.com, LOMBOK TIMUR - Sulitnya mendapatkan bantuan logistik gempa Lombok, Nusa Tenggara Barat (NTB) masih menjadi keluhan keseharian yang dilontarkan para pengungsi, dari persoalan terpal sampai kebutuhan sembilan bahan pokok.
Bahkan, soal pendistribusian yang tidak merata pun menjadi cerita tersendiri yang disampaikan oleh para relawan yang sudah turun ke Pulau Lombok pascagempa 7,0 Skala Richter (SR) pada 5 Agustus 2018.
Semuanya itu berujung pada kurangnya koordinasi dalam penyaluran bantuan kepada para pengungsi.
Tak mengherankan kalau memunculkan kecemburuan antara satu kabupaten dengan kabupaten lainnya di pulau tersebut, seperti warga Lombok Timur yang merasa kurang mendapatkan perhatian ketimbang Kabupaten Lombok Utara.
Distribusi bantuan ke Lombok Utara dinilai berlebih, seperti posko pengungsian utama di Kecamatan Tanjung.
Dari pantauan Antara, pascagempa 6,9 SR pada Minggu (19/8/2018), bantuan logistik untuk daerah tersebut terhitung kurang dibandingkan dengan di Lombok Utara yang berpusat di kota Kecamatan Tanjung.
Keluhan dari warga dimulai sejak daerah Sambalia, Obel-Obel, Blanting, Madayin, Sanjang, sampai Sembalun.
Saat ini jumlah pengungsi di daerah tersebut bertambah mengingat gempa pada Minggu (19/8/2018) malam itu berpusat di Lombok Timur.