Menjual Pamor Soeharto
Popularitas mendiang Soeharto secara perlahan tapi pasti memang mulai meningkat seiring perjalanan waktu. Maklum, lembaga survei Indo Barometer saja menempatkan nama mendiang jenderal purnawirawan TNI itu sebagai presiden paling berhasil memimpin Indonesia dengan segala kontroversinya.
Tidak heran pula kalau mantan wakil ketua DPR Priyo Budi Santoso mengaku terpikat dan memlih keluar dari Partai Golkar untuk berpindah ke Partai Berkarya. Memang Partai Berkaya hadir untuk secara terbuka mengakomodir kerinduan sebagian masyarakat untuk kembali seperti era pemerintahan Presiden Soharto yang dikenal dengan program Trilogi Pembangunan.
“Hasil survei Indo Barometer sudah sesuai dengan yang diprediksi Partai Berkarya. Beberapa tahun belakangan ini telah terjadi demam kerinduan enaknya zaman Pak Harto di berbagai daerah di Tanah Air," kata Sekjen Partai Berkarya tersebut dalam satu acara pada April lalu.
Priyo tanpa ragu-ragu menegaskan bahwa salah satu strategi untuk mendongkrak popularitas partai adalah dengan mengangkat kembali memori masyarakat pada zaman Soeharto.
Hanya saja politisi senior itu menyatakan pihaknya sepakat untuk mengubah tagline tersebut dengan menggunakan jargon baru "Luwih Enak Zamanku To?" dengan foto yang sama. Artinya, Partai Berkarya ingin mengajak publik untuk merasakan suasana yang dipandang lebih enak pada zaman Soeharto daripada zaman sekarang, terlepas dari kontroversi yang menyertainya.
Tidak ada yang tidak mungkin dalam politik karena dunia politik memiliki logikanya sendiri. Untuk itulah melalui Partai Berkarya Priyo mengaku mengusung kembali ajaran Soeharto tentang Trilogi Pembangunan sebagai solusi terhadap karut-marut situasi bangsa sekarang ini.
Trilogi pembangunan intinya adalah pertumbuhan ekonomi yang tinggi, pemerataan pembangunan, dan stabilitas nasional yang mantap, ujarnya.