Kabar24.com, JAKARTA – Perang dagang AS melawan dunia semakin memanas. Di tengah-tengahnya, Harley-Davidson dan Jack Daniels, terlihat seperti biji kenari di tengah tambang batu bara.
Kedua brand ikonik milik Negeri Paman Sam tersebut menjadi sasaran utama dari tarif balasan terhadap tarif baja dan aluminium yang dikenakan oleh Presiden AS Donald Trump.
Sebelumnya, Harley-Davidson Inc. dan Brown-Forman Corp. telah memperingatkan investor tentang tarif balasan dapat memukul bisnis mereka.
Wall Street pun harus siap melihat lebih banyak lagi perusahaan yang menunjukkan kerugiannya ketika mereka melaporkan hasil kinerja perusahaan untuk kuartal II/2018 dalam beberapa pekan ke depan.
Hal itu seiring dengan munculnya daftar produk yang akan dikenakan tarif balasan dari mitra perdagangan utama AS, seperti Uni Eropa, China, dan Meksiko.
“Kami tidak tahu ke mana [tarif balasan] akan memberikan pukulan keras, namun yang pasti akan memukul pemasok, sektor transportasi, ritel,” kata Bob Phibbs, Kepala perusahaan konsultan ritel Retail Doctor, seperti dikutip Bloomberg, Rabu (27/6/2018).
Dia menambahkan, akan memakan waktu berbulan-bulan untuk menilai dampaknya bagi rantai penawaran dan bahwa tidak akan ada ‘pelabuhan’ yang aman bagi siapa pun.
Adapun selain menargetkan sepeda motor dan wiski dari AS, UE juga membidik sejumlah produk seperti tembakau dan jus jeruk hingga kartu permainan.
Dampak potensial dari tarif balasan itu pun membentang ke berbagai lansekap perusahaan, mulai dari perusahaan kemasan makanan dan minuman seperti Hormel Foods Corp. dan Coca-Cola Co. hingga produk level atas seperti Newell Brands Inc. dan Levi Strauss&Co.
Kendati tarif spesifik itu dapat menyebabkan kerugian bagi perusahaan AS, namun perekonomian AS secara keseluruhan diperkirakan masih dapat bertahan.
Hal itu didukung oleh Bloomberg Economics yang hanya memperkirakan dampak tarif terhadap total produk domestik bruto (PDB) AS hanyalah 0,1% per tahun. Pasalnya, perekonomian AS tengah melaju dalam kecepatan terbaiknya.
“Dalam hal ekspor kendaraan bermotor atau wiski atau bourbon, mereka tidak terlalu substansial di dalam ekspor AS, sehingga tidak akan mengubah perekonomian AS sedikit pun,” ujar Kepala Ekonom AS di Bloomberg Economics Carl Riccadonna.
Dia melanjutkan, semua pihak tetap ingin menyebut kondisi sekarang ini sebagai perang dagang. Namun, yang dibicarakan sebenarnya adalah sesuatu yang merupakan kesalahan pembulatan dalam akun PDB.
“Tapi bukan berarti kita tidak bisa sampai ke sana [perang dagang],” imbuhnya.