Bisnis.com, JAKARTA – Presiden AS Donald Trump menuding Harley-Davidson Inc. memanfaatkan perang dagangnya dengan Uni Eropa sebagai alasan untuk memindahkan produksi sepeda motor mewah itu keluar negeri.
Namun, tampaknya serangan terbaru Trump lewat akun Twitter-nya itu tidak tepat dituduhkan kepada rencana Harley-Davidson.
Pada Selasa (26/6/2018), Trump mengkritisi keputusan Harley-Davidson yang ingin memindahkan pabrikannya ke Thailand dan menutup pabrik di Missouri.
Sehari sebelumnya, Harley-Davidson mengumumkan rencananya untuk memindahkan pabrik sepeda motor untuk pasar UE keluar dari AS sebagai upaya menghindari tarif baru yang dikenakan UE sebesar 31%.
Tudingan Trump dinilai tidak tepat karena sejatinya ekspansi Harley-Davidson ke Thailand tidak ada hubungannya dengan penutupan pabrik di Missouri.
Selain itu, Trump juga mengancam bakal memberikan tarif untuk setiap sepeda motor yang dikirimkan Harley-Davidson ke AS. Ancaman itu juga dinilai hanyalah gertakan karena Harley-Davidson menjual sepeda motor yang diproduksi di pabrik AS untuk pasar AS.
Oleh karena itu, sangat tidak mungkin ada tarif impor tambahan untuk kendaraan roda dua tersebut.
CEO Harley-Davidson Matt Levatich menyampaikan pada April 2018, keputusan Harley-Davidson untuk membangun pabrik baru di Thailand adalah untuk memasok pasar Asia Tenggara ketika AS keluar dari Pakta Trans-Pasifik (TPP) pada awal 2017.
Sementara itu, dalam langkah berbeda, Harley-Davidson mengumumkan pada Januari 2018 bakal menutup pabriknya di Kansas City karena adanya penurunan penjualan di AS dan memiliki terlalu banyak kapasitas produksi untuk pasar dalam negeri.
Dengan penutupan itu, Harley-Davidson akan memangkas pegawainya hingga 260 orang.
“Pada awal tahun ini Harley-Davidson mengatakan mereka akan memindahkan operasional di Kansas City ke Thailand. Itu jauh sebelum pengumuman tarif. Jadi, mereka hanya menggunakan tarif/perang dagang sebagai alasan,” cuit Trump, seperti dikutip Bloomberg, Rabu (27/6/2018).