Kabar24.com, JAKARTA – Dewan Direktur Dana Moneter Internasional (IMF) menyetujui batas kredit untuk Argentina hingga US$50 miliar yang disalurkan melalui Fasilitas Pinjaman Siaga (Stand-By Arrangement/SBA), pinjaman terbesar yang diberikan The Fund.
Menurut pernyataan IMF, otoritas Argentina dapat melakukan pembelian langsung sebesar US$15 miliar dari dana tersebut. Satu setengah dari jumlahnya, atau sebanyak US$7,5 miliar akan digunakan untuk mendukung anggaran pemerintah. Sementara sisanya (US$35 miliar) akan tersedia selama durasi pengaturan dan ditinjau secara kurtalan oleh Dewan Direktur IMF.
Direktur Pelaksana IMF Christine Lagarde mengungkapkan, selama dua setengah tahun terakhir Argentina telah terlibat di dalam transformasi ekonomi secara sistemik, di antaranya memberikan perubahan mendalam di pasar valuta asing, subsidi, perpajakan, dan kemajuan statistik resminya.
"Meskipun begitu, pergeseran baru-baru ini untuk sentimen pasar dan pertemuan buruk beberapa faktor telah menempatkan Argentina di bawah tekanan keseimbangan pembayaran yang signifikan," ujar Lagarde seperti dikutip, Kamis (21/6/2018).
Rencana ekonomi dari otoritas Argentina menggunakan SBA ini bertujuan untuk memperkuat perekonomian dengan memulihkan kepercayaan pasar.
Adapun Presiden Argentina Mauricio Macri mencari dana bantuan The Fund sejak awal Mei karena peso jatuh terlalu dalam karena aksi jual dan kekhawatiran atas ekonomi Argentina.
Sejauh ini, peso Argentina telah tumbang 32% dan berada di jejeran mata uang negara berkembang yang berperforma buruk.
"Dengan defisit fiskal dalam beberapa tahun, program ekonomi pemerintah berlabuh di atas tujuan mencapai keseimbangan utama pemerintahan federal pada 2020. Hal ini akan menjadi kunci untuk mengembalikan kepercayaan pasar," ungkap Lagarde.
Menurut Roberto Cardarelli, Kepala Divisi IMF Departemen Argentina, pertumbuhan di ekonomi terbesar kedua di Amerika Selatan itu bakal melemah pada tahun ini dibandingkan tahun lalu.
“Namun, [pertumbuhan ekonomi Argentina] dapat pulih ke laju yang selayaknya pada 2019,” seperti dikutip Bloomberg, Kamis (21/6/2018). (Dwi Nicken Tari)