Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Presiden Jokowi: Islam Itu Mengajarkan Rendah Hati, Lemah Lembut, dan Saling Menghargai

Presiden Joko Widodo mengajak para mubalig atau orang yang menyiarkan ajaran agama Islam untuk mengingatkan para santri, jamaah atau umat bahwa agama Islam tidak mengajarkan kekerasan.
Presiden Joko Widodo (tengah) berjabat tangan dengan Ketua Dewan Ideologi Islam Pakistan Qiblq Ayaz (kanan) disaksikan Wapres Jusuf Kalla (kedua kanan) Menlu Retno L.P Marsudi (kedua kiri), Ketua MUI Ma'ruf Amin (kiri) dan Kepala Dewan Ulama Afganistan Qiamuddin Kashaf (ketiga kiri) seusai membuka pertemuan trilateral ulama Indonesia, Pakistan dan Afganistan di Istana Bogor, Jawa Barat, Jumat (11/5/2018)./ANTARA-Wahyu Putro A
Presiden Joko Widodo (tengah) berjabat tangan dengan Ketua Dewan Ideologi Islam Pakistan Qiblq Ayaz (kanan) disaksikan Wapres Jusuf Kalla (kedua kanan) Menlu Retno L.P Marsudi (kedua kiri), Ketua MUI Ma'ruf Amin (kiri) dan Kepala Dewan Ulama Afganistan Qiamuddin Kashaf (ketiga kiri) seusai membuka pertemuan trilateral ulama Indonesia, Pakistan dan Afganistan di Istana Bogor, Jawa Barat, Jumat (11/5/2018)./ANTARA-Wahyu Putro A

Kabar24.com, JAKARTA — Presiden Joko Widodo mengajak para mubalig atau orang yang menyiarkan ajaran agama Islam untuk mengingatkan para santri, jamaah atau umat bahwa agama Islam tidak mengajarkan kekerasan.

Pernyataan itu disampaikan oleh Presiden dalam acara deklarasi Gerakan Nasional Mubaligh Bela Negara (GN-MBN) di Asrama Haji, Pondok Gede, Jakarta Timur, Senin (14/5/2018).

"Agama Islam tidak mengajarkan seperti itu, tidak mengajarkan sesuatu dengan kekerasan. Tidak ada. [Agama Islam] mengajarkan kita untuk lemah lembut, sopan santun, menghargai orang, menghormati orang, tawadu, rendah hati. Saya kira itu yang diajarkan Nabi Besar kita kepada kita," katanya.

Di depan para hadirin yang menghadiri acara GN-MBN, Presiden mengajak para mubalig agar menyampaikan bahwa aksi teror merupakan sesuatu yang tidak bermartabat.

Pernyataan Presiden tersebut terkait peristiwa bom bunuh diri di sejumlah lokasi di Surabaya yang terjadi pada Minggu (13/5/2018) dan Senin (14/5/2018) yang menewaskan 13 orang.

"Saya lihat sendiri secara langsung, bagaimana teroris membawa 2 anak kecil, yang umurnya 9 tahun dan 12 tahun, diturunkan oleh bapaknya, ayahnya, digandeng oleh ibunya, kemudian masuk ke halaman gereja lalu meledakkan diri di situ. Mayatnya saya masih lihat, bom ditaruh di sabuk, anaknya diberi, ibunya juga diberi," kata Presiden.

Presiden baru saja kembali dari Surabaya pada Minggu (13/4/2018) malam setelah berkunjung mendadak menyusul peristiwa pengeboman di sejumlah gereja di ibukota Jawa Timur tersebut. Sesampainya Presiden di Jakarta, sebuah bom kembali meledak di Surabaya pada Senin (14/5/2018) pagi.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper