Bisnis.com, JAKARTA - Warga Malaysia mulai berdatangan ke kotak suara untuk memasukkan kertas suara yang mulai dibuka pada Rabu (9/5/2018) pukul 08:00 waktu setempat dan berakhir pukul 05:00 sore yang disebut sebagai pemilu paling ketat dalam sejarah negara itu.
Partai pendukung pemerintah di bawah koalisi Barisan Nasional (BN) yang mengusung Perdana Menteri Najib Abdul Razak berhadapan dengan kelompok oposisi yang dipimpin oleh mantan Perdana Menteri Mahathir Mohamad yang kini berusia 92 tahun.
PM Najib diperkirakan akan menang meski jajak pendapat pemilihan umum menunjukkan bahwa dukungan terhadapnya merosot tajam. Aliansi Mahathir akan mendapatkan suara lebih banyak, namun suara mereka akan terkonsentrasi di Semenanjung Malaysia.
Menggunakan sistem first-past-the-post yang berarti aliansi dengan mayoritas kursi di 222 anggota parlemen akan menang, kebanyakan pengamat menilai posisi Najib masih masih aman. Hanya saja, kondisi bisa berubah mengingat kemarahan rakyat atas skandal korupsi multi-miliar dolar yang telah merundungnya sejak 2015 selain tingginya biaya hidup di bawah pemerintahannya.
“Saya pikir sekarang ini terlihat lebih menguntungkan bagi BN, karena mereka dapat menarik sebagian besar suara di Malaysia Timur,” kata Mohamed Nawab Mohamed Osman, seorang pengamat Malaysia dari S Rajaratnam School of International Studies di Singapura sebagimana dikutip Theguardian, Rabu (9/5/2018). Akan tetapi margin di antara keduanya sangat tipis.
Baca Juga
Survei oleh jajak pendapat independen Merdeka Center menunjukkan suara BN merosot ke posisi 37,3% di Semenanjung Malaysia dari angka 40,3% satu minggu sebelumnya. Sedangkan, koalisi Pakatan Harapan milik Mahathir meraih 43,4% meski juga mengalami penurunan tipis.
Merdeka Center menyatakan BN tampak siap untuk memenangkan 100 kursi di parlemen, sedangkan oposisi menguasai 83 kursi. Dengan angka ini, tidak dapat dipastikan salah satu pihak mampu mengamankan 112 kursi yang diperlukan untuk berkuasa.
Dengan demikian hasilnya akan bergantung pada 37 kursi yang dikatakan oleh lembaga survei itu terlalu sulit untuk dikuasai.