Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Facebook Sebut Kebocoran Data hingga 87 Juta Pengguna

Facebook pada Rabu (4/4/2018) mengatakan, informasi pribadi hingga 87 juta pengguna, sebagian besar di Amerika Serikat, kemungkinan dibagikan secara tidak tepat kepada konsultan politik Cambridge Analytica, meningkat dari pemberitaan sebelumnya, yang diperkirakan lebih dari 50 juta.
Logo Facebook dalam 3 dimensi/Reuters
Logo Facebook dalam 3 dimensi/Reuters

Kabar24.com, SAN FRANSISCO - Facebook pada Rabu (4/4/2018) mengatakan, informasi pribadi hingga 87 juta pengguna, sebagian besar di Amerika Serikat, kemungkinan dibagikan secara tidak tepat kepada konsultan politik Cambridge Analytica, meningkat dari pemberitaan sebelumnya, yang diperkirakan lebih dari 50 juta.

Pemimpin pelaksana Mark Zuckerberg mengatakan dalam jumpa pers bahwa Facebook tidak melihat "dampak berarti" pada pertumbuhan pengguna dari skandal itu, meskipun ia menambahkan, "Itu tidak baik." Saham perusahaan tersebut naik lebih dari 3 persen setelah acara tersebut.

Zuckerberg mengatakan kepada wartawan bahwa dia menerima tuduhan atas kebocoran data, yang membuat marah pengguna, pengiklan dan anggota parlemen, sementara juga mengatakan bahwa dia masih orang tepat untuk mengepalai perusahaan yang ia dirikan tersebut.

Mark mengatakan dia tidak memecat siapa pun atas skandal itu.

"Hidup adalah tentang belajar dari kesalahan dan mencari tahu apa yang perlu Anda lakukan untuk maju," kata Zuckerberg.

Dikatakan, bahwa dia tidak menyadari adanya perundingan tersebut di dewan "Facebook" tentang pengunduran dirinya, meskipun hal itu akan menjadi tantangan bagi para direktur karena Zuckerberg adalah pemegang saham pengendali.

"Facebook" pertama kali mengakui pada bulan lalu bahwa informasi pribadi tentang jutaan pengguna secara tidak benar berakhir di tangan Cambridge Analytica," katanya.

Zuckerberg akan memberi kesaksian tentang masalah ini minggu depan sebelum Komite Energi dan Perdagangan Amerika Serikat.

Audit

Cambridge Analytica di London, yang telah menghitung kampanye Presiden Amerika Serikat Donald Trump 2016 di antara kliennya, menyengketakan estimasi Facebook dari pengguna yang terpengaruh.

Pihaknya mengatakan dalam sebuah cuitan pada Rabu (4/4/2018) bahwa mereka menerima tidak lebih dari 30 juta catatan dari seorang peneliti yang disewa untuk mengumpulkan data tentang orang-orang di Facebook.

Zuckerberg, dalam panggilan dengan wartawan, mengatakan bahwa Facebook seharusnya melakukan hal lebih untuk mengaudit dan mengawasi pengembang aplikasi pihak ketiga seperti yang disewa Cambridge Analytica pada 2014.

"Dengan menyadari yang saya ketahui hari ini, jelas kami harus berbuat lebih," katanya.

Ke depannya, katanya, Facebook mengambil langkah untuk membatasi data pribadi yang tersedia untuk pengembang aplikasi pihak ketiga, dan dia mengatakan mungkin butuh waktu dua tahun lagi untuk memperbaiki masalah Facebook.

"Kami memperluas pandangan kami tentang tanggung jawab kami," ujar Zuckerberg.

Sebagian besar hingga 87 juta orang yang datanya dibagi dengan Cambridge Analytica berada di Amerika Serikat, kata kepala bidang teknologi Facebook Mike Schroepfer dalam "blog".

Saham Turun

Saham terakhir Facebook turun 0,6 persen pada Rabu (4/4/20180 menjadi 155,10 dolar AS. Saham mereka telah jatuh lebih dari 16 persen sejak skandal Cambridge Analytica terbongkar.

Perkiraan sebelumnya yakni lebih dari 50 juta pengguna Facebook yang terkena dampak kebocoran data berasal dari dua surat kabar, New York Times dan London's Observer, berdasarkan penyelidikan mereka terhadap Cambridge Analytica.

Zuckerberg mengatakan Facebook mencapai estimasi yang lebih tinggi dengan melihat jumlah orang yang mengunduh aplikasi kuis kepribadian yang dibuat oleh akademisi Universitas Cambridge Aleksandr Kogan, atau sekitar 270 ribu orang, dan kemudian menambahkan jumlah teman yang mereka miliki.

Cambridge Analytica mengatakan bahwa mereka melibatkan Kogan "dengan itikad baik" untuk mengumpulkan data Facebook dengan cara yang mirip dengan bagaimana pengembang aplikasi pihak ketiga lainnya memanen informasi pribadi.

Penyelidikan skandal tersebut telah dimulai oleh Kantor Komisi Informasi Inggris, Komisi Perdagangan Federal AS dan oleh sekitar 37 jaksa umum negara bagian AS.

Pemerintah Nigeria akan menyelidiki dugaan keterlibatan Cambridge Analytica dalam pemilihan umum negara itu pada 2007 dan 2015, demikian juru bicara kepresidenan pada Senin.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Newswire
Editor : Nancy Junita
Sumber : Antara

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper