Kabar24.com, ARUSHA, Tanzania - Kekacauan yang tidak terduga terjadi akibat guyuran hujan lebat di wilayah Tanzania Utara.
Lebih dari 1.000 penumpang terjebak selama sekitar lima jam di wilayah Tanzania Utara pada Rabu (4/4), setelah air hujan merendam satu jembatan penting, kata pihak berwenang.
Onesmo Buswelu, Komisaris Kabupaten Siha, mengatakan hujan lebat yang mengguyur lereng Gunung Kilimanjaro membuat air sungai meluap dan melewati Jembatan Wasomali, yang berada di sepanjang Jalan Raya Dar es Salaam-Arusha.
Menurut Buswelu, layanan angkutan di jalan raya paling sibuk tersebut untuk sementara dibekukan selama sekitar lima jam guna menghindari kecelakaan yang mungkin terjadi.
"Kami terpaksa membekukan semua gerakan guna menghindari kecelakaan yang mungkin merenggut korban jiwa, dan layanan dilanjutkan sekitar pukul 11.00 waktu setempat," kata Buswelu.
Hamisi Issah, Komandan Polisi Regional Kilimanjaro, juga mengatakan tak ada laporan mengenai korban jiwa dan semua kendaraan berada dalam kondisi baik bahkan setelah hujan lebat.
Baca Juga
Di Ibu Kota Safari Arusha di Tanzania Utara, 40 keluarga kehilangan tempat tinggal setelah rumah mereka hanyut diterjang banjir akibat hujan lebat, kata Xinhua --yang dipantau Antara di Jakarta, Kamis (5/4/2018) pagi.
Kebanyakan keluarga yang terdampak ditampung di Sub-Distrik Bwawani di Kabupaten Arusha.
Lazaro Orasirasi, Kanselir Sub-Distrik Bwawani, mengatakan banjir telah membuat banyak keluarga kehilangan rumah, dan sebagian mengungsi ke tempat lain.
"Banyak rumah hanyut diterjang air dan sebagian prasarana kami telah rusak. Namun, kami belum mendengar adanya korban jiwa," kata Kanselir itu.
Menurut Orasirasi, mereka yang kehilangan rumah telah mengungsi ke rumah kerabat dan teman mereka.
Ia menambahkan hujan lebat yang mengguyur daerah tersebut telah menghancurkan tanaman, sehingga menyebar kekhawatiran mengenai keamanan pangan di daerah itu.
Siswa juga tak terlepas dari dampak hujan lebat sebab sebagian murid sekarang dipaksa tetap berada di rumah setelah banjir menggenang.
"Anak sekolah sekarang dipaksa tetap tinggal di dalam rumah karena ada kekhawatiran mereka hanyut dibawa air yang bergolak," katanya.