Bisnis.com, MEDAN— “Heh, mati lampu!”, “Mati lampu, nggak bisa ngecok,” begitu kira-kira keluhan dengan logat khas daerah Sumatra Utara atau Medan yang terlontar dari mulut konsumen listrik di daerah ini ketika aliran listrik tiba-tiba terhenti.
Keluhan terkait padamnya listrik- baik karena pemadaman secara sengaja untuk perawatan maupun akibat terjadinya gangguan- sudah menjadi cerita klasik di Sumatra Utara, khususnya Medan.
Pernah ada waktu di mana sehari tak lewat tanpa padam listrik. Hal ini, dulunya, disebut terjadi karena pasokan dan konsumsi listrik di Sumatra yang tidak sebanding atau dengan kata lain terjadi defisit listrik.
Namun, sejak dioperasikannya Marine Vesel Power Plant (MVPP) Onur Sutan atau kapal pembangkit listrik di dermaga PLTGU Belawan yang memasok listrik hingga 240MW sejak Juni lalu, PLN mengklaim bahwa Sumatra Utara tak lagi kekurangan pasokan listrik, bahkan mengalami surplus hingga 272 MW dari beban puncak yang mencapai 2.326 MW.
Lantas, apakah masalah pemadaman benar-benar selesai pascatibanya kapal tersebut? Ternyata tidak. Kendati, mungkin di sebagian daerah tak lagi seintens dulu, padamnya listrik, baik pemadaman terencana untuk pemeliharaan jaringan maupun gangguan masih kerap terjadi.
Sekretaris Asosiasi Pengusaha Indonesia Laksamana Adiyaksa menyampaikan padamnya listrik secara berulang di wilayah Sumatra Utara mengindikasikan adanya hal yang memerlukan evaluasi. Ia menyebut soal kinerja maupun penanganan kelistrikan yang dilakukan PLN sebagai pihak yang bertanggung jawab terkait hal ini. Dia pun mempertanyakan intensitas padamnya listrik di Sumatra yang terlalu sering jika dibandingkan keadaan di kota lain seperti Jakarta.
Baca Juga
“Kalau kita tiap kali bicara padam, terus dikritik kekurangan listrik, sekarang listrik banyak, ditambah sudah enggak ada defisit, sudah surplus, terus salahkan pemeliharaan jaringan. Di negara lain juga pemeliharaan jaringan, di Jakarta enggak ada pemeliharaan jaringan? Ada kenapa nggak selalu padam,” katanya.
Keterbukaan Informasi
Di samping, itu, jika memang pemadaman listrik benar-benar harus terjadi dan sudah direncanakan demi memperbaiki kualitas jaringan, dia pun meminta agar pihak PLN bisa lebih terbuka dalam menyampaikan informasi pemadaman.
Informasi dimaksud meliputi kapan tindakan pemadaman akan dilakukan, di zona mana, dan untuk berapa lama. Dengan demikian, pelanggan tidak harus menghadapi padamnya listrik tanpa persiapan, kecuali untuk hal-hal yang memang terjadi secara tiba-tiba dan tak terprediksi.
Pasalnya, kata Laksamana, informasi terkait pemadaman listrik dengan tujuan pemeliharaan jaringan masih sangat minim dan jarang benar-benar tersampaikan pada masyarakat.
Selain itu, kalaupun harus dilakukan pemadaman, Laksamana mengimbau agar PLN bisa menyiapkan langkah antisipasi seperti mempersiapkan jaringan alternatif sehingga kegiatan konsumen bisa tetap berjalan tanpa gangguan.
“Bagi saya, saya melihat begini saja, sederhana, kecuali bencana alam ya. Kalau mau trafo diganti jaringan diperbaiki, itu kan semua harus terencana. Umumkan dong jadwalnya secara terbuka,” katanya.
Jaringan SUTM
Manajer Bidang Niaga dan Pelayanan Pelanggan PLN Sumatra Utara Isdenta Sinurat
dan Manager Area Pengatur Distribusi PLN Sumatra Utara Aulia Mahdi
memberi penjelasan terkait pemadaman listrik di Sumatra Utara/Bisnis-Juli Etha
Menanggapi hal ini, Manajer Area Pengatur Distribusi PLN Sumatra Utara Aulia Mahdi menyebutkan, masih tingginya intensitas pemadaman listrik di Sumatra Utara terjadi karena beberapa faktor. Salah satunya adalah faktor cuaca.
Mayoritas jaringan listrik di Sumatra Utara masih berbentuk Saluran Udara Tegangan Menengah (SUTM). Adapun jaringan listrik di kota besar lain, khususnya di Jakarta, yang tampaknya tak terlalu sering mengalami padamnya listrik telah beralih ke metode kabel yang ditanam di bawah permukaan tanah.
“Kalau saya lihat gangguannya di Sumut itu memnag banyak terpengaruh cuaca karena jaringan kita masih banyak di udara. SUTM sangat dipengaruhi [cuaca].Kalau misalkan kita lihat di daerah Jawa itu sudah banyak di kabel tanah (Saluran kabel tegangan menengah). Jadi tidak dipengaruhi cuaca lagi,
Menurutnya, saat ini, penggunaan sistem kabel SKTM memang telah mulai diterapkan di Sumatra Utara. Namun, untuk bisa mengaplikansikan sistem ini, dibutuhkan waktu dan biaya yang tak sedikit. Saat ini, baru sekitar 15% dari keseluruhan jaringan PLN yang telah mengaplikasikan kabel SKTM. Kendati tak 100% meniadakan padamnya listrik, Aulia yakin, intensitasnya akan lebih kecil.
“Kalau dibilang jaminan, semua pasti tetap ada [gangguan], cuma pasti lebih kecil,” katanya.
Adapun faktor berikutnya adalah rekonfigurasi jaringan. Menurut Aulia, konfigurasi jaringan yang ada di Sumatra Utara saat ini masih dalam menggunakan sistem jaringan distribusi radial atau terbuka sehingga ketika terjadi masalah di satu titik, akan mempengaruhi pasokan listrik di jalur yang sama.
“Kalau di Jawa sudah loop, jadi misalkan ada gangguan di satu titik, bisa dimanuver, mau pemeliharaan juga bisa manuver dari beberapa sumber. Nah, jadi artinya itu juga butuh waktu untuk rekonfigurasi jaringan kita dari radial menjadi loop,” jelasnya.
SCADA
Faktor berikutnya adalah adanya SCADA (supervisory control and data acquisition), sebuah sistem pengolahan data terintegrasi yang membantu supervisi, pengendalian dan untuk mendapatkan data secara real time.
Keberadaan SCADA, menurut Aulia, sangat membantu mempercepat fungsi pengaliran arus listrik hingga 1/9 kali. Dengan adanya SCADA, pihak PLN bisa memantau langsung keadaan di lapangan, atau kemungkinan terjadinya gangguan jaringan tanpa harus terlebih dahulu terjun ke lapangan, sekaligus mempercepat pemulihan suplai tenaga listrik,
“Jadi, misalkan kalau ada gangguan, kalau menunggu petugas datang ke lokasi untuk melakukan manuver kan butuh waktu, untuk sampai di lokasi menggunakan kendaraan, bisa 45 menit mungkin, tapi kalau dengan remote control [bagian dari SCADA] kita sudah tahu di situ ada gangguan, kan indikasinya kebaca, tinggal di-remote control aja, jarak jauh. Jadi dari 45 menit mungkin bisa jadi 5 menit,” paparnya.
Saat ini, pihaknya pun sedang dalam proses memperluas area implementasi SCADA yang telah diluncurkan sejak 2016 lalu tepatnya pada hari listrik nasional di bulan Oktober. Saat ini, baru ada 4 dari 36 gardu induk di kota Medan yang telah menerapkan SCADA. Rencananya, hingga akhir 2018 ada total 12 gardu induk yang akan menggunakan SCADA.