Bisnis.com, MEDAN—Balai Teknik Perkeretaapian Wilayah Sumatra Bagian Utara saat ini sedang melakukan penyisiran dan inventarisasi perlintasan kereta api, baik untuk yang resmi maupun liar.
“Kita data dulu perlintasan yang ada, sudah berubah sejauh mana dan perkerasan jalannya juga kan sudah berubah pastinya. Mungkin dulu tanah sekarang aspal, ukurannya juga yang dulu mungkin 3 meter sekarang jadi 6 meter. Kelas jalannya juga mungkin sudah berubah,” kata Haris Farizi, Kepala Seksi Lalu Lintas Sarana dan keselamatan Balai Teknik Perkeretaapian Sumatra Utara, saat ditemui Jumat (16/3/2018).
Saat terdapat sekitar 92 perlintasan kereta api resmi yang mendapat penjagaan baik oleh pihak PT Kereta Api Indonesia, pemerintah daerah, dan swasta. Sementara itu, untuk perlintasan resmi yang tidak dijaga berikut perlintasan liar diperkirakan mencapai 226.
Kendati demikian, kata Haris, saat ini pihaknya melakukan verifikasi jumlah perlintasan baik yang resmi maupun yang tidak untuk mengetahui pasti kondisi di lapangan. Pasalnya, pertumbuhan perlintasan kereta api, khususnya yang liar dan tak berpenjaga dipastikan meningkat karena kebutuhan melintas warga di sekitar lintasan kereta api.
“Ini lagi kita proses data karena itu bertumbuh. Kadang oleh warga ditutup kemudian muncul lagi di sebelah sana. Kita belum tahu berapa sekarang, yang pasti meningkat karena kebutuhan untuk melintas itu masih dan kesadaran masyarakat terkait keselamatan di jalur kereta api itu masih perlu ditingkatkan,” paparnya.
Sebelumnya, Bisnis.com (16/12/2018) memberitakan hingga akhir Februari 2018, Kementerian Perhubungan akan menutup 304 cikal bakal perlintasan kereta api sebidang. Penutupan tersebut termasuk dalam tiga poin program quick wins yang diperintahkan oleh Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi kepada Direktur Jenderal (Dirjen) Perkeretaapian Zulfrikri terkait keselamatan perjalanan kereta api. Penutupan itu dilakukan selama dua bulan.
Dari tiga poin yang dikejar, Zulfikri mengatakan program perlintasan sebidang ini yang akan jadi fokus utama. Pasalnya, jika jalan yang awalnya hanya diperuntukkan bagi pejalan kaki terus digunakan oleh kendaraan roda empat, maka berpotensi menyebabkan kecelakaan.
“Kita harapkan kecelakaan yang selama ini terjadi akibat perlintasan sebidang bisa berkurang. Lalu, zero accident bisa tercapai,” katanya.
Direktur Keselamatan Perkeretaapian Ditjen Perkeretaapian Kementerian Perhubungan Edi Nur Salam menyebutkan tahun lalu, sebanyak 291 titik perlintasan sebidang sudah ditutup dari total 5.829 titik di Indonesia. Semuanya ditargetkan akan selesai ditutup pada 2019.