Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Jokowi: Jangan Ada Lagi Saling Cemooh di Antara Kita

Jangan lagi kita mencemooh di antara kita sebagai bangsa, jangan lagi kita berprasangka buruk, suuzon, satu sama lain. Jangan lagi kita saling mencela dan memfitnah di antara kita, ujar Presiden Joko Widodo atau Jokowi.
Presiden Joko Widodo (tengah) saat menyerahkan sertifikat hak atas tanah untuk rakyat, di Hatu, Kecamatan Lehitu Barat, Maluku Tengah, Maluku, Rabu (14/2/2018)./Setkab-Oji
Presiden Joko Widodo (tengah) saat menyerahkan sertifikat hak atas tanah untuk rakyat, di Hatu, Kecamatan Lehitu Barat, Maluku Tengah, Maluku, Rabu (14/2/2018)./Setkab-Oji

Bisnis.com, SENTUL - "Jangan lagi kita mencemooh di antara kita sebagai bangsa, jangan lagi kita berprasangka buruk, suuzon, satu sama lain. Jangan lagi kita saling mencela dan memfitnah di antara kita," ujar Presiden Joko Widodo atau Jokowi.

BACA: PILPRES 2019 : Tarung Ulang Jokowi & Prabowo

Pesan itu disampaikan Presiden pada pembukaan acara FSN di Gedung Sentul International Convention Center (SICC), Sentul, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, Sabtu (24/2/2018) malam.

Presiden meminta Festival Sholawat Nusantara (FSN) Piala Presiden menjadi ajang perekat persaudaraan, persatuan, kerukunan di antara umat muslim pada masa pemilihan gubernur, bupati dan wali kota pertengahan 2018. "Jangan lagi kita mencemooh di antara kita sebagai bangsa," kata Presiden.

Ia menyampaikan ada sebanyak 714 suku di Indonesia yang perlu dijaga persatuannya untuk memperkuat bangsa dan ada 171 kota dan kanupaten yang mengikuti pemilihan kepala daerah tahun ini sehingga perlu persaudaraan antar umat dan masyarakat.

"Jangan sampai karena pemilihan gubernur bupati, walikota, kerukunan masyarakat menjadi retak dan melupakan persaudaraan sebangsa dan setanah air," katanya.

Perbedaan pilihan antar tetangga, keluarga, antar kampung merupakan hal yang biasa asalkan setelah pemilihan kembali bersatu.

Joko Widodo juga mencontohkan hasil kunjungannya ke negara Pakistan, Srilangka, Bangladesh dan Afganistan sebagai negara berpenduduk umat muslim terbesar di dunia yang tidak aman karena konflik yang dimulai dari kelompok kecil masyarakat hingga menjadi besar.

Seperti negara Afganistan yang hanya mempunyai tujuh suku namun negaranya kini tidak aman karena perang kelompok masyarakat.

Karena itu, menurutnya umaro (pemerintah) juga sangat memerlukan silaturahmi bersama ulama, karena tokoh agama merupakan penyalur suara masyarakat dan suara umat dalam menyampaikan pesan kedamaian agar Indonesia tidak seperti negara tersebut.

"Sebagai umaro saya juga berkepentingan untuk memperoleh saran, wejangan, tausiyah, dan doa ulama yang hadir pada acara hari ini," ujarnya.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Martin Sihombing
Sumber : ANTARA

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper