Kabar24.com, JAKARTA - Warga keturunan Tionghoa di Kuta, Bali memperkuat rasa toleransi dan kerukunan antarumat beragama memaknai Tahun Baru Imlek 2569.
"Kami saling menghormati antarumat beragama karena ini akan mendatangkan kebahagiaan," kata tokoh masyarakat Tionghoa Adi Dharmaja Kusuma di Kuta, Kabupaten Badung, Bali, Jumat (16/2/2018).
Menurut penanggung jawab Vihara Dharmayana Kuta itu rasa toleransi tersebut ditunjukkan masyarakat di sekitar lingkungan vihara yang mayoritas beragama Hindu seperti bergotong royong membantu pelaksanaan Imlek.
Begitu juga kehadiran para pecalang atau petugas keamanan adat khas Bali dari desa setempat juga ikut membantu kepolisian mengatur kelancaran lalu lintas di sekitar vihara.
Akulturasi budaya juga terasa kental menghiasai dekorasi vihara yang diperkirakan berdiri sejak tahun 1750 itu dengan hadirnya "penjor" atau hiasan janur dan bunga serta bambu khas Bali yang berpadu dengan merahnya lampion.
Toleransi antarumat beragama itu, kata dia, diharapkan tumbuh lebih kuat mengingat tahun ini Bali dan daerah lainnya di Indonesia memasuki tahun politik dengan digelarnya Pilkada serentak.
"Mari jaga persatuan dan kesatuan agar santun dan budaya yang damai," ucap Adi.
Puncak perayaan Imlek mulai dilakukan warga keturunan Tionghoa itu dengan menggelar kirab barongsai dan naga keliling vihara sebagai bentuk keyakinan menolak bala.
Simbol itu, lanjut Adi, diyakini dapat meminimalisasi pengaruh buruk menjelang tahun baru shio anjing tanah itu.
Baca Juga
Puncak perayaan Imlek dilakukan warga keturunan Tionghoa dengan menggelar persembahyangan yang diawali dari kediaman masing-masing.
Selanjutnya, mereka menuju vihara atau tempat ibadah Tri Dharma untuk melakukan pemujaan. Di Vihara Dharmayana Kuta, lanjut dia, pemujaan akan dilakukan hingga 2 Maret 2018 atau dimaknai sebagai Cap Go Meh sebagai penutup Imlek.
Adi memperkirakan sekitar tujuh ribu umat dan warga keturunan Tionghoa akan melakukan persembahyangan di vihara tersebut.