Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Presiden Jokowi Tawarkan Relokasi Terbatas untuk Warga Asmat

Presiden Joko Widodo mengusulkan untuk melakukan relokasi terbatas sebagai langkah pertama penanganan kasus gizi buruk dan wabah campak di Kabupaten Asmat.
Warga kampung Warse, Distrik Jetsy menumpang perahu menuju pelabuhan Misi, Agats, Kabupaten Asmat, Papua, Senin (22/1)./ANTARA-M Agung Rajasa
Warga kampung Warse, Distrik Jetsy menumpang perahu menuju pelabuhan Misi, Agats, Kabupaten Asmat, Papua, Senin (22/1)./ANTARA-M Agung Rajasa

Bisnis.com, BOGOR--Presiden Joko Widodo  mengusulkan untuk melakukan relokasi terbatas sebagai langkah pertama penanganan kasus gizi buruk dan wabah campak di Kabupaten Asmat.

"Mungkin perlu relokasi terbatas atau memerlukan infrastruktur khusus," kata Jokowi di sela rapat internal, Selasa (23/1/2018).

Menurut Presiden, relokasi terbatas sangat diperlukan untuk mempersempit wilayah penyebaran wabah campak yang dialami warga Kabupaten Asmat.

Persoalan jauhnya lokasi terdampak dengan fasilitas kesehatan terdekat misalnya rumah sakit dan puskesmas merupakan alasan di balik usulan itu.

Presiden menerangkan pihaknya sudah menerjunkan tim ke lapangan tetapi memang karena infrastruktur terbatas sehingga proses pengiriman bantuan masih terkendala.

Untuk itu, Presiden menginstruksikan kepada para kepala daerah setempat mempersiapkan segala sesuatu dalam jangka menengah untuk mengatasi kasus gizi buruk dan wabah campak.

Sayangnya, relokasi terbatas itu juga masih terkendala keterbatasan transportasi dan karakter suku Asmat yang suka berpindah tempat.

Sementara itu, Bupati Asmat Elisa Kambu menganggap opsi relokasi tersebut belum memungkinkan untuk dilakukan dalam waktu dekat.

"Kalau relokasi ke tempat baru tidak mungkin. Relokasi yang dimaksud adalah kita melakukan perbaikan permukiman. Memindahkan orang tidak segampang itu," ucapnya.

Nantinya, pemerintah kabupaten berencana membangun fasilitas-fasilitas kesehatan yang mudah dijangkau bagi Suku Asmat.

Hanya saja, dia menegaskan pihaknya masih kekurangan tenaga operasional kesehatan jika ingin mewujudkan rencana tersebut.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Saeno
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper