Kabar24.com, BANDUNG – Gempa Tasikmalaya bermagnitudo 6,9 yang terjadi Jumat (15/12/2017) tengah malam, berasal dari adanya patahan di lempeng Indo-Australia.
"Ada kemungkinan patahan di selatnya di dalam lempeng, bukan di daerah pertemuan kedua lempeng," kata Rahma Hanifa, peneliti kegempaan selatan Jawa dari Institut Teknologi Bandung, Sabtu (16/12/2017).
Gempa di kawasan itu biasanya terjadi akibat pertemuan atau penunjaman lempeng Indo-Australia ke lempeng Eurasia. Menurut Rahma, daerah sumber gempa itu masih perlu dikaji untuk memastikan titik gempanya.
Informasi awal dari berbagai alat pencatat gempa seperti Badan Meteorologi Klimatologi Geofisika (BMKG) menyebutkan sumber gempa berada di laut dan berpotensi tsunami. Kemudian ada koreksi yang menyebut sumber gempa berada di darat berkedalaman 107 kilometer berjarak 42 kilometer barat daya Kawalu, Tasikmalaya. Adapun menurut data United States Geological Survey (USGS), kata Rahma, mencatat sumber gempa dekat pesisir.
"Nanti ada relokasi titik gempa yang lebih mendekati," kata dia.
Mekanisme sumber gempa berupa kombinasi gerakan mendatar dan naik (oblique sinistral) mengindikasikan sumber gempa di dalam lempeng Indo-Australia. Kejadian itu, kata Rahma, mirip dengan gempa Tasikmalaya 2009 tapi dengan beberapa perbedaan seperti besaran dan kedalaman.
Baca Juga
Gempa Tasikmalaya yang tercatat BMKG pada pukul 23.47 WIB itu merupakan salah satu ragam jenis gempa di Samudera Hindia selatan Jawa. Menurut Rahma, jenis gempa lain yang paling ditakuti yaitu megathrust.
"Potensinya bermagnitudo 8,7," katanya.
Meskipun dalam kurun waktu 300 tahun terakhir tidak ada riwayatnya, para ahli gempa meyakini gempa megathrust akan terjadi. Pengalaman gempa megathrust Aceh kata Rahma, terjadi setelah 700 tahun.
Segmen megathrust selatan Jawa terbagi tiga. Selat Sunda-Pangandaran sekitar 200-300 kilometer dengan kedalaman 50 kilometer. Kemudian segmen Pangandaran-Pacitan, dan segmen Pacitan-Bali.
Jenis gempa lain di selatan Jawa yaitu tipe tsunami earthquake seperti di Pangandaran 2006, dan gempa di luar palung. Adapun sesar atau patahan di darat bagian selatan yang perlu diwaspadai, kata Rahma, yakni Sesar Cimandiri dan Sesar Garut Selatan.