Bisnis.com, JAKARTA--Badan Nasional Penanggunalan Bencana (BNPB) menyebut Indonesia tidak memiliki peralatan pendeteksi tsunami atau bouy. Pascatsunami Aceh, Indonesia memiliki 22 peralatan bouy, tetapi kemudian tidak berfungsi lagi sejak 2012.
Sutopo Purwo Nugroho, Kapusdatin Humas BNPB mengatakan karena semua alat bouy tidak berfungi maka petugas BNPB harus menunggu di bibir pantai untuk mendeteksi tsunami. Hal itu membuat waktu pencabutan status siaga tsunami menjadi lebih panjang karena semua dilakukan manual.
"Tidak punya bouy sehingga petugas harus menunggu 2 jam dalam ketidakpastian. Kalau kita punya peringatan dini 1 jam saja cukup," ujarnya di Jakarta, Sabtu (16/12/2017).
Sutopo menuturkan penyebab tidak beroperasinya 22 bouy yang dimiliki Indonesia ialah masalah anggaran. Selain masalah perawatan, banyak peralatan tersebut rusak karena dijadikan tambatan kapal, dan aksi vandalis lainnya.
Dia menjelaskan Indonesia hanya mengandalkan beberapa bouy milik negara tetangga seperti India, Thailand, Australia, dan Amerika. Padahal sebagai negara kepulauan dan rentan terhadap bencana gempa dan tsunami, kehadiran bouy sangat penting.
"Memang bouy ini hanya satu komponen saja masih banyak yang lain. Tapi ini sangat akurat dan cepat karena langsung mengirim sinyal ke satelit sehingga pemberitahuan tsunami bisa lebih cepat lagi," tandasnya.
Alat Pendeteksi Tsunami di Indonesia Sudah Tidak Berfungsi
Badan Nasional Penanggunalan Bencana (BNPB) menyebut Indonesia tidak memiliki peralatan pendeteksi tsunami atau bouy. Pascatsunami Aceh, Indonesia memiliki 22 peralatan bouy, tetapi kemudian tidak berfungsi lagi sejak 2012.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel
Penulis : Thomas Mola
Editor : Mia Chitra Dinisari
Topik
Konten Premium