Dekati China
Tillerson juga mengungkapkan bahwa Amerika Serikat telah berbicara dengan China tentang bagaimana mengamankan senjata nuklir Korea Utara jika terjadi keruntuhan pemerintahan di Pyongyang.
Dia mengatakan Beijing telah diberi jaminan bahwa jika pasukan AS harus menyeberang ke Korea Utara, mereka akan ditarik kembali ke Selatan.
Namun, dia menjelaskan bahwa Amerika Serikat ingin menyelesaikan kebuntuan dengan Korea Utara melalui diplomasi damai dan, dalam istilah yang jauh dari ekspresi kemarahan seperti disampaikan Trump terhadap Pyongyang, AS menawarkan untuk mengadakan pembicaraan eksploratif.
"Kita bisa membicarakan cuaca jika Anda mau. Kita bisa membicarakan apakah itu akan menjadi [konferensi] meja persegi atau meja bundar," katanya.
"Lantas kalau begitu kita bisa mulai menyusun peta, peta jalan, dari apa yang mungkin ingin kita jalani," ujar Tillerson.
Tillerson - yang pengaruhnya telah berkurang dalam pemerintahan - mengatakan dalam pidatonya bahwa Trump "telah mendorong usaha diplomatik kita".
Sebelumnya, Trump mengatakan melalui akun Twitter-nya pada Oktober bahwa Tillerson "membuang-buang waktu untuk bernegosiasi dengan Little Rocket Man", julukan Trump untuk Kim Jong Un.
Korea Utara, nyatanya tidak memiliki minat untuk bernegosiasi dengan Amerika Serikat sampai mereka mampu mengembangkan rudal yang dapat mencapai daratan AS, walaupun kebanyakan pengamat menilai hal itu masih belum tercapai.
Tillerson juga mengatakan bahwa Amerika Serikat sedang berupaya memperketat penegakan sanksi internasional terhadap Korea Utara, terutama langkah-langkah lebih lanjut yang dapat diterapkan oleh China, dan Washington memiliki pilihan respons militer yang lengkap jika diperlukan.
Daryl Kimball, direktur eksekutif Asosiasi Pengendali Senjata, sebuah organisasi non-partisan, mengatakan bahwa "proposal Tillerson" sudah terlambat. Meski begitu, dia menegaskan, agar semuanya bisa terlaksana pihak AS juga Korea Utara harus memperlihatkan kemampuan untuk menahan diri.