Kabar24.com, DENPASAR—Nilai ekspor produk dari Bali yang dikirimkan melalui Pelabuhan Benoa kian menyusut, karena eksportir lebih memilih menggunakan pelabuhan di luar daerah.
Mengutip data BPS Bali, pada Oktober total ekspor Bali senilai US447,69 juta. Dari nilai itu, yang melalui Pelabuhan Benoa hanya senilai US$17,8 juta atau sekitar 37,37% dari total ekspor. Adapun ekspor melalui pelabuhan di luar Bali mencapai US$29,8 juta atau 62,63% dari total ekspor.
“Porsi pengiriman terbanyak melalui Jawa Timur pelabuhan Tanjung Perak sampai 58,02% dari total nilai ekspor, berikutnya melalui DKI Jakarta dan Jawa Tengah,” jelas Kabid Statistik Distribusi BPS Bali I Gede Nyoman Subadri, Selasa (5/12/2017).
Porsi nilai ekspor Oktober yang melalui Benoa menyusut jika dibandingkan bulan-bulan sebelumnya yang masih berada pada kisaran 43,63% dan 49,83%. Kepala BPS Bali Adi Nugroho menyayangkan kondisi tersebut karena banyak devisa yang melayang ke daerah lain. Pihaknya mendorong masalah ini ada segera titik temu sehingga ekspor tidak perlu harus membawa produknya ke luar daerah.
Ketua ALFI Bali Gusti Nyoman Rai menjelaskan bahwa masih belum adanya jalur pengiriman ekspor langsung dari Benoa yang mendorong pengusaha memilih jalur darat ke Surabaya. Pihaknya tetap mengharapkan ke depannya ada rute langsung seperti yang sudah pernah digagas Pelindo III Cabang Benoa.
Selama ini, pengusaha memilih menggunakan jalur darat menuju Surabaya dikarenakan lebih cepat jika dibandingkan tetap menunggu jadwal kapal di Benoa. GM Pelindo III Benoa Wayan Eka Saputra mengakui rute kapal ekspor dari Benoa menuju Surabaya tiba 6 hari sekali.
Baca Juga
Dia menduga lamanya waktu tunggu itulah yang mendorong pengusaha lebih memilih jalur darat ke Surabaya sebelum dikapalkan ke negara lain. Apalagi, katanya, jalur darat Denpasar-Surabaya bisa ditempuh sekitar 1 hari hingga 2 hari sehingga lebih cepat dibandingkan tetap menunggu di Benoa.
“Jadinya lebih cepat kalau lewat Surabaya, kan dari sini bisa dijangkau satu hari lah. Daripada menunggu disini,” jelasnya.
Selain itu faktor lainnya adalah masih diizinkannya kontainer berukuran 20 feet melalui jalur darat dan hanya 40 feet yang diharuskan melalui laut. Dia menduga hal itu menjadi salah satu yang mendorong pengusaha mengirimkan produknya menggunakan peti kemas ukuran kecil menuju Surabaya.
Prediksi lainnya adalah maraknya sistem penjualan elektronik yang membuat pengusaha memilih maskapai penerbangan untuk pengiriman. Selain jumlahnya lebih kecil, penggunakan pesawat juga lebih cepat dan efisien dibandingkan dengan kapal laut.
Eka menyatakan hingga saat ini belum ada rencana untuk menindaklanjuti rencana pembukaan rute kapal langsung ekspor dari Benoa. Menurutnya, saat ini fokus perusahaan pelat merah ini adalah pengembangan pelabuhan terbesar di Bali tersebut agar dapat segera rampung.
Namun, berdasarkan data BPS Bali, jumlah bagasi dan barang angkutan udara internasional dari Bandara I Gusti Ngurah Rai tercatat mengalami penurunan 10,68% pada Oktober, yaitu dari 9,97 juta ton menjadi 8,90 juta ton.
Sementara untuk jumlah pengiriman bagasi dan barang dari kelima negara tujuan utama jika dibandingkan dengan catatan bulan sebelumnya menunjukkan bahwa seluruhnya mengalami penurunan dengan penurunan tertinggi yaitu tujuan Malaysia sebesar 16,67%.
Sementara penurunan terendah dicapai oleh tujuan negara Hongkong tercatat sebesar 3,77%.