Kabar24.com, PADANG—Pertumbuhan ekonomi Sumatra Barat di kuartal ketiga tahun ini mengalami pertumbuhan 5,38% atau di atas pertumbuhan nasional yang hanya 5,06%, ditopang menggeliatnya sektor jasa.
Hefinanur, Kabid Neraca Wilayah dan Analisis Statistik BPS Sumbar menyebutkan sektor jasa mengalami peningkatan signifikat selama kuartal III/2017, yang ikut berkontribusi meningkatkan pertumbuhan ekonomi daerah itu.
“Secara year on year (yoy) sektor jasa pendidikan mengalami pertumbuhan paling tinggi yaitu mencapai 8,49%. Ini sejalan, karena periode Juli dan Agustus adalah tahun ajaran baru, sehingga kontribusinya maksimal,” katanya, beberapa waktu lalu.
Selain jasa pendidikan, dari sisi produksi atau lapangan usaha jasa lainnya ikut mengalami peningkatan yang signifikan sebesar 8,03%, disusul kemudian sektor perdagangan besar dan eceran, reparasi mobil dan sepeda motor tumbuh 7,48%.
Dia mengatakan sepanjang kuartal III, Sumbar cukup tertolong karena peningkatan produksi dan harga sawit, meningkatnya konsumsi masyarakat selama libur tahun ajaran baru, libur Idul Adha, dan berbagai kegiatan pariwisata di Sumbar.
Selain itu, realisasi penyerapan APBN dan APBD yang cukup tinggi ikut mendongkrak pertumbuhan ekonomi, serta meningkatnya volume ekspor terutama untuk komoditas CPO dan karet.
Baca Juga
“Beberapa peristiwa sepanjang kuartal ketiga seperti peningkatan produksi sawit dan meningkatnya ekspor ikut mempengaruhi pertumbuhan ekonomi Sumbar,” ujarnya.
Dia mengingatkan secara akumulasi dari Januari hingga September tahun ini, pertumbuhan ekonomi Sumbar masih tergolong melambat, sehingga diperlukan stimulus berupa peningkatan investasi dan percepatan belanja modal pemerintah.
Adapun, angka pertumbuhan di kuartal tiga sebesar 5,38% sedikit lebih baik dari kuartal sebelumnya yang hanya tumbuh 5,23%.
Mulai membaiknya sektor pertanian yang menjadi tulang punggung ekonomi Sumbar ikut membantu meningkatkan angka pertumbuhan. Sektor pertanian mengalami pertumbuhan 4,09% setelah di kuartal sebelumnya negatif.
Adapun, struktur pembentukan ekonomi Sumbar masih didominasi sektor pertanian yang kontribusinya mencapai 23,61%, diikuti sektor perdagangan 14,94%, dan transportasi dan pergudangan 12,88%.
Sementara itu, Kepala Perwakilan Bank Indonesia Sumbar Endy Dwi Tjahjono mendorong pemerintah daerah meningkatkan laju investasi untuk mengerek pertumbuhan ekonomi.
“Pemda perlu untuk meningkatkan investasi, dengan memberikan kemudahan melalui kebijakan-kebijakan yang memudahkan sektor usaha,” katanya.
Menurutnya, investasi di Sumbar masih terkendala soal sulitnya geografis, persoalan klasik panjangnya proses pembebasan lahan, hingga banyaknya investor yang sudah mengantongi izin namun belum merealisasikan investasinya.
Menurutnya, selain kondisi ekonomi, geografis Sumbar yang sulit juga jadi alasan investor menunda investasi. Termasuk juga persoalan klasik seperti panjangnya proses pembebasan lahan yang menghambat investasi.
Termasuk juga rendahnya realisasi belanja modal pemerintah yang sampai semester pertama hanya 13,8% dari target APBD.
BI mendorong pemerintah daerah meningkatkan investasi dengan memberikan kepastian perizinan dan fasilitasi kemudahan persoalan pengadaan lahan.
“Investasi perlu dimaksimalkan untuk menstimulus pertumbuhan ekonomi daerah,” ujarnya.
Data Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Bank Indonesia yang dirilis Agustus lalu, mencatatkan penanaman modal asing (PMA) di kuartal dua hanya US$ 0,4 juta atau turun signifikan dari kuartal pertama yang mencapai US$ 3,5 juta.