Manajemen strategik sumber daya manusia sudah selayaknya mengikuti dinamika bisnis yang berubah cepat. Dinamika yang terjadi juga menuntut inovasi dengan siklus putar yang makin pendek, sehingga model bisnis korporasi tetap relevan bagi konsumennya.
Masalahnya, hal-hal yang berubah cepat berimbas pada produk yang instan, rentan dan tak tahan lama. Namun inilah kenyataannya, kita sedang berhadapan dengan era ekonomi digital yang merusak semua tatanan bisnis mainstream, dan tak jarang menimbulkan kecemasan di kalangan manajemen SDM.
Akhir-akhir ini, menggunjingkan perilaku generasi millenials –lahir setelah 1980-1990-- adalah bahan pembicaraan sehari-hari di dunia kerja. Tentu saja penggunjingnya adalah para atasan mereka, lahir lebih awal dan masuk dalam kelompok generasi X –lahir pada 1965-1980 yang notabene adalah para pengendali korporasi saat ini.
Setelah perang dunia kedua, kelompok demografs (cohort) dibedakan menjadi 4 generasi yaitu generasi baby boomer, generasi X (Gen-X), generasi millennials dan generasi Z. Generasi baby boomer adalah generasi yang lahir setelah perang dunia kedua (saat ini berusia 51 hingga 70 tahun). Disebut generasi baby boomer karena di era tersebut kelahiran bayi sangat tinggi.
Generasi X adalah generasi yang lahir pada tahun 1965 hingga 1980 (saat ini berusia 37 hingga 52 tahun). Generasi millennials adalah generasi yang lahir antara tahun 1981-2000, atau yang saat ini berusia 17 tahun hingga 36 tahun, disebut juga dengan generasi Y. Generasi yang lahir setelah 2000, disebut sebagai generasi Z.
Bila melihat strukturnya, jelas generasi millennials adalah pengisi utama pasar kerja saat ini. Kehadiran mereka –dengan segala plus minus perilakunya—merupakan modal sekaligus tantangan bagi manajer SDM untuk bisa mengelolanya sesuai dengan tujuan perusahaan.
Baca Juga
Generasi millennials merupakan generasi yang unik, dan berbeda dengan dengan generasi lain. Hal ini banyak dipengaruhi oleh munculnya telepon pintar, meluasnya Internet dan munculnya jejaring media sosial. Ketiga hal tersebut banyak mempengaruhi pola pikir, nilai-nilai dan perilaku yang dianut.
Hasil riset yang dirilis oleh Pew Research Center pada 2015 secara gamblang menjelaskan keunikan generasi millennials dibandingkan dengan generasi-generasi sebelumnya. Hal yang mencolok dari generasi ini dibandingkan dengan generasi sebelumnya adalah soal penggunaan teknologi dan budaya pop/musik.
Bagi korporasi, memperlakukan generasi ini memang perlu trik khusus. Keluhan bahwa generasi ini tidak tahan banting –karena kebanyakan lahir dari keluarga kelas menengah--dan semaunya sendiri, sebenarnya diimbangi dengan kreatifitas tinggi dan inovatif.
Sebaiknya, korporasilah yang harus mengerti, ramah dan mengikuti pola generasi ini, bukan sebaliknya. Ini adalah sebuah strategi mempertahankan mereka, dan tentu saja menyiapkan sebuah strategi pengelolaan sumberdaya manusia yang melebihi zamannya.
Berdasarkan hasil riset yang dilakukan oleh Center for Human Capital Development (CHCD) PPM Manajemen 2017, karyawan millennials memiliki pandangan yang berbeda soal mengabdi kepada perusahaan. Karyawan dari generasi ini bahkan mementingkan nilai seperti tanggung jawab sosial ketimbang renumerasi pada perusahaan.
Survei tersebut menunjukkan terdapat lima karakteristik millennials sebagai seorang karyawan, di antaranya memiliki keyakinan tujuan hidup, keyakinan diri yang tinggi, ramah teknologi, berpikiran terbuka, dan suka membangun hubungan. Ini informasi penting, bagi para manajer SDM dan atasan dalam menyusun strategi.
Suka atau tidak, jalan itulah yang harus ditempuh agar korporasi sustain, memiliki SDM yang handal dan berkualitas. Sebab, pada 2020 generasi millennials berada pada rentang usia 20 tahun hingga 40 tahun. Usia tersebut adalah usia produktif yang akan menjadi tulang punggung perekonomian Indonesia.
Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS), jumlah penduduk Indonesia usia 20 tahun hingga 40 tahun di tahun 2020 diperkirakan berjumlah 83 juta jiwa atau 34% dari total penduduk Indonesia yang mencapai 271 juta jiwa. Proporsi tersebut lebih besar dari proporsi generasi X yang sebesar 53 juta jiwa (20%) maupun generasi baby boomer yang hanya tinggal 35 juta jiwa (13%) saja.